Life is full of choices, by Hikari

Eyang Kakung ngomel-ngomel. Lalu mengadu pada saya dan Papap. Seminggu lalu saat Hikari menginap di rumah Eyang, dia mencoba alat pancing baru hadiah ulang tahunnya dari Eyang Kung di kolam ikan hias di rumah Eyang Kung. Alat pancing beneran! Alat pancing yang dipakai para pemancing profesional itu!

Sewaktu Hikari mencoba alat pancing itu di kolam ikan hias (berisi ikan mas koki besar-besar, ikan sapu-sapu, seekor ikan bawal, dan beberapa ikan hias dewasa lain) seminggu lalu, Eyang Kung sedang tidak di rumah sementara Eyang Uti dan si mbak tidak sanggup menahan semangat Hikari untuk mencoba alat pancingnya. Saya dan Papap jelas tidak tahu menahu.

Lalu, memancing lah dia. Lama.

Tadi, Eyang Kung ngomel panjang-panjaaang.
“Hikari!” omel Eyang Kakung.
“Kenapa ikan hias Eyang dipancing? Alat pancing itu bukan buat di kolam ikan hias sekecil itu!”

“Memang kenapa?” tanya Hikari polos. “Kan sama-sama kolam. Kan ada ikannya juga.”

Kalimat berikut adalah omelan panjang Eyang Kung yang tidak perlu ditulis saking panjangnya.

“Aku kan mau coba alat pancing hadiah Eyang…” jawab Hikari ngeles. Dia sudah pintar merayu.

“Iyaaaaaaaaa, tapi enggak di kolam itu!”

“Kan ikan-ikan yang aku pancing, aku kembalikan lagi ke kolam…” Maksud Hikari: sebelum dipancing ada 10 ikan, setelahnya ada 10 juga. Terus, masalah lo apaaaa?!

“Masalahnyaaaaaaaaa karena kamu pancing, semua  bibir ikannya Eyang sobek, tauuuu!” seru Eyang Kakung gemas.
“Kait dipancingan kamu itu bikin sobek bibirnya ikan-ikan. Kan kasihan ikannya, Hikari!”

Hikari mengernyit dengan wajah menengadah tak takut ke arah wajah Eyang Kung yang merah menahan esmosi.
“Ih, Eyang, Eyang…” kata Hikari sambil menghembuskan napas. “Aku kan hanya menaruh pancingan itu di kolam. Ikannya sendiri yang berenang dekat-dekat kok! Aku juga enggak menyuruh ikannya makan kaitku! Dia sendiri yang mau makan kaitnya!”

Ah, sudah lah, Nak….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *