Sudah seminggu ini waktu saya terbuang sia-sia di depan laptop tanpa berhasil produktif sama sekali. Draft cerpen yang harusnya tayang minggu lalu (kemudian molor tengah minggu, terus molor lagi sampai akhir minggu) hanya bisa saya pelototin bolak balik. Saya cuma sanggup ngotak-ngatik teknisnya: pilihan kata, tanda baca, tanpa bisa maju ke hal yang lebih substansial: isi cerita dan endingnya, sisssss! Frustasi rasanya.
Continue reading
One of Those Days
Cara untuk Tetap Waras
Sebelas bulan sudah pandemi ini. Bulan depan tepat satu tahun perayaan karantina rumah sejak Covid-19 muncul Maret tahun lalu. Bulan depan tepat satu tahun saya kerja dari rumah, anak-anak sekolah dari rumah. Maret tahun lalu saya berpikir bulan Juli, atau mid 2020, saya bakal balik ke kantor dan 4 bulan di rumah terasa membahagiakan karena terbebas dari bangun pagi buta untuk mengejar-kejar bis ke kantor. I thought, ‘let’s enjoy this’. Kapan lagi bisa ngerasain kerja dari rumah pakai kaos butut dan celana pendek dengan mata belekan selama satu, dua, tiga…bulan. Sudah gitu masih bisa begadang nonton Netflix tiap malam. Maret tahun ini, saya bahkan tidak berani berharap saya sudah bisa duduk di bis pada bulan Juli 2021. What a shitty world.
Setelah hampir setahun berusaha keras disiplin supaya terjaga dari berinteraksi langsung dengan lingkungan Covid-19, bulan lalu saya harus mengalami langsung berurusan dengan pasien-pasien Covid-19 di lingkungan keluarga sampai harus kehilangan satu anggota keluarga. Sungguh menguras emosi, pikiran, tenaga, dan dana.
Saat ini, rasanya saya hanya ingin berbaring di tempat tidur, bodo amat dengan dunia.
Continue reading
Not Everything Should be Meaningful
Seven months living in global pandemic. More like living in a fish bowl, actually. See things and hear things from the perspective of a glass bowl. Unable to go anywhere (well, in my case, I choose not to). Haven’t been outside the 5-kilometer perimeter from home. Haven’t been to the office. My spirit changes from yes-we-can-do-this to glad-we-have-time-to-relax-at-home-a-bit to shit-when-will-this-be-over and finally the question of are-we-there-yet on repeat.
As someone who constantly feels like I need a meaningful outcome in my day-to-day life, the pandemic has robbed me that. Yes, I still have a job and yes, I still have to supervise my kids’ studying from home, but I can’t help questioning ‘what’s the use?‘
Continue reading
Hashtag Di Rumah Aja
Minggu ini minggu ke dua ratus empat puluh saya menjalani karantina rumah karena Covid-19. Kidding. Ini minggu kelima saya dan ribuan orang di negara ini terpaksa menjalani karantina rumah. Di dunia? Mungkin sudah bulan ke-lima mereka menjalani karantina sejak virus ini resmi disebut pandemik. I can’t believe I have lived long enough (or short enough) to experience a world wide pandemic like now.
Continue reading
Tahun Sunyi
Tahun 2020 dan berapa banyak resolusi tahun baru yang tidak pernah terjadi.
Saya sudah tidak pernah lagi membuat resolusi demi kesehatan jiwa, tapi, saya membuat semacam retrospeksi terhadap tahun yang sudah dilalui. Rasanya berbeda dengan melihat resolusi yang tidak kejadian. Rasanya lebih seperti pencapaian karena berhasil keluar dari tahun itu hidup-hidup.
Dua tahun ke belakang, year 2018 is about losing things. 2018 terasa seperti sebuah pelajaran untuk merelakan hal-hal belum menjadi amanat saya untuk saya pegang, sedalam apa pun rasa peduli saya. 2018 terasa sangat menyakitkan dan menyedihkan. Tapi, di 2018 juga saya tahu bahwa saya tidak perlu menjadi adiktif dengan rasa sakit itu dan saya bisa keluar dari situ.
Continue reading
Dunning-Kruger Effect dan Nasihat Umar
Sumpah, saya malas ngobrolin politik, terutama suasana politik di negara ini menjelang Pilpres dan Pileg 17 April besok. Obrolan politik sekarang ini sudah tidak ada harga dirinya lagi. Dan, terutama, harapan politik orang-orang, termasuk saya, bahkan sudah tidak lagi bisa mengikuti nasehat Pak Nelson Mandela. We are driven by fears.
Tidak perlu lah saya ceritakan di blog ini apa yang terjadi sekarang. Cukup google dengan kata kunci Pilpres 2019, semua akan terpampang jelas. Dari berita receh sampai berita penuh analisa. Di sosmed, tidak ada tempat untuk menarik napas. Twitter, Facebook, bahkan sampai Instagram dan apalagi Whatsapp group isinya hanya itu. Mungkin hanya Pinterest yang bisa jadi tempat pelepas lelah 🙁 .
Continue reading
Crying Kiwi
Lebaran Aman
Wiken ini adalah wiken terakhir setelah ambil cuti sejak hampir 3 minggu lalu. Senin besok sudah harus masuk lagi. Sebal kan? #Eh
Walau judulnya cuti panjang Lebaran, perasaan saya malah kepingin liburan abis cuti ini. I certainly need a vacation after this leave. Kenapa? Karena cuti Lebaran itu judulnya doang di rumah tapi kegiatannya ya jauh dari leha-leha. Dengan pulang kampungnya si Mbak Asisten Penolong Rumah Tangga dari Kehancuran dan Remah-remah Biskuit, ya saya harus menyingsingkan lengan baju untuk bangun pagi buta, nyuci baju, jemur, nyapu, ngepel, nyiapin makan pagi, nyiram tanaman, gosok baju….ya ya kalian pasti bakal bilang ‘biasa aja keleues 99% orang di dunia tiap hari juga begitu!’. 😆
Ya ngaku deh saya masuk yang 1%.
Puas? 😀
Continue reading