Saya spontan ngakak baca twitnya Mas Agus Mulyadi (Mas…kayak kenal hehe) tentang satu film yang kayaknya film Indonesia. Ngakaknya saya itu karena ingat kejadian yang sama di sekolah Aiko. Kalau hanya lihat dari daftar absensi siswa, pasti kelas Aiko disangka bukan di Indonesia. Padahal ya semua makannya nasi dan tempe, dicampur kentang goreng sedikit 😀 .
Continue reading
Hikari
Baper Berjamaah PPDB Online bagian 2
Lanjuuuut soal PPDB alias Penerimaan Peserta Didik Baru versi online. Saya harus bangga nih pertama kalinya bikin postingan bersambung hahaha…
Sebelumnya saya cerita tentang proses menuju ke Hari H PPDB online dimulai.
Jadi, beberapa saat setelah anak-anak selesai ujian nasional, kalian pasti akan mendapat berita di Whatsapp berjudul ‘Info Passing Grade Masuk SMA di jakarta: Peringkat 50 Besar SMA Negeri di DKI Jakarta’ 😀 . Harap diingat, Kemdiknas pernah menyatakan mereka tidak pernah bikin peringkat-peringkat kayak gini. Walaupun bisa berguna setidaknya untuk ancang-ancang anak sebaiknya mendaftar ke sekolah mana berdasarkan nilai UAN mereka, berdasarkan pengalaman saya tiga hari ini, passing grade tiap tahun berubah dan akhirnya enggak apdet juga. Malah cenderung menghempaskan perasaan orang tua yang awalnya pede luar biasa dengan nilai anaknya 👿 .
Okay, jadi proses PPDB untuk DKI Jakarta sudah dimulai awal minggu ini dan hari ini adalah hari terakhir. Setelah acara survey-survey kami lakukan itu, kami sudah punya 3 rencana SMA di Jakarta Timur dan 3 sekolah lagi sebagai back-up plan. Ini, sebelum kami tahu nilai UAN Hikari dan hanya berdasarkan pada nilai-nilai Try Out yang Naudzubillah minzalik jeleknya hahahaha…. Ketika kami mendapat hasil UAN Hikari yang ternyata…ALHAMDULILLAAAAH DIA DAPAT NEM TERTINGGI DI SEKOLAH…kami mulai menaikkan level pilihan sekolah 😛 .
Continue reading
Baper Berjamaah di PPDB Online bagian 1
Ini harus banget saya nulis soal ini saking level bapernya tinggi banget 😀 . Ini pertama kalinya saya bikin postingan berseri gini juga haha…
Bagi yang belum tahu apa itu PPDB, ini adalah sistem Penerimaan Peserta Didik Baru dari jenjang SD sampai SMA yang sekarang berlangsung online di beberapa daerah. Belum semua kota di Indonesia menggunakan PPDB online dan bukan hanya soal fasilitas teknologi yang terbatas tapi juga karena bila diterapkan di masyarakat yang belum siap, panitia bakal digeruduk dengan orang tua yang level bapernya mengerikan 😀 .
Continue reading
Bukan Sekadar Les Musik
Bagi keluarga kami, saya dan Papap, les musik itu mahal.
Bukan hanya mahal, tapi mahal banget. Masuknya ke kategori barang mewah.
Les musik itu tidak sekadar bayar uang bulanan saja. Kalau kita mulai les musik, berarti kita harus beli bukunya dan yang paling penting lagi beli alat musiknya yang harganya tidak pernah murah.
Lalu kenapa saya ngotot memasukkan Hikari -dan sekarang, Aiko- ke les musik?
Ini postingan panjang. Consider yourself warned, ya…
Continue reading
Being Popular
Kemarin malam seorang teman lama yang anaknya berteman dengan Hikari dan bersekolah di tempat yang sama nge-Ping saya. Jam sudah pukul 11 malam dan mengingat dia biasanya sudah molor sesaat setelah adzan Isya, saya langsung alert mode on .
Pertanyaan dia yang pertama membenarkan insting saya.
“De, Hikari sering main BB gak?”
Oooooowkay. Ada apaan ini?
Belum sempat saya jawab, pertanyaan berikutnya gak kalah misterius.
“Ada perubahan gak dengan Hikari setelah main BB?”
Mana Pipi Kanan Lo?
Pintu ruang kelas musik Hikari sore tadi masih tertutup rapat. Kami datang lebih cepat dan siswa sebelumnya masih sibuk di dalam kelas. Hikari duduk termangu di sebelah saya. Seperti biasa kalau saya lihat Hikari bengong-bengong menggemaskan gitu rasanya saya pegin uyel-uyel dan cium-cium. Tidak peduli apakah dia sekarang lebih hitam, mulai bau asam, dan sering nolak kalau dipeluk dan dicium saya. Tadi saya pun kembali ke kebiasaan lama. Saya rangkul dia dari samping dan saya cium pipinya.
Hikari mendelik.
“Abis tampangmu menyedihkan gitu sih, Kak. Mamam jadi kepengin cium.”
“Mamam nih! Aku kan lagi bingung!”
Lalu keluar lah curahan hati Hikari.
Continue reading
Ketika Hikari Mendongeng
Seminggu lalu Hikari bilang ke saya, dengan sangat santai, kalau dia akan ikut lomba bercerita. Topiknya tentang keluarga, Ma, kata Hikari. Respon pertama saya langsung bertanya lomba apa. Dan, being Hikari, dia jawab gak tau. Karena saya pikir acara ini hanya lomba cerita di kelas, saya suruh dia untuk menuliskan draft. Being Hikari, again, dia cuma jawab oke oke.
Hari Jumat malam saya tanya tentang lomba yang saya pikir sudah berakhir. Dia bilang lombanya di sekolah hari Minggu. Minggu? Berarti bukan lomba kelas dong. Jadilah saya panik dicampur penasaran karena melihat si peserta lombanya cuek melebihi bebek. Waktu saya minta dia memperagakan ceritanya, dia mulai bercerita, sambil tangannya terus menggambar monster dan wajahnya konsen menatap buku gambar.
“Assalamualaikum. Nama saya Hikari. Saya akan bercerita tentang keluarga saya. Saya sangat mencintai keluarga saya. Ibu saya yang selalu mencintai saya sejak kecil dan ayah saya yang selalu bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga…”
To Work. Or Not To Work.
Saat memutuskan untuk berhenti bekerja kantoran, kebanyakan orang dewasa saya berpikir hanya perlu melakukan diskusi panjang dengan diri sendiri dan partner rumah tangga. Berbulan-bulan saya dan Papap mempertimbangkan ini itu mengenai kelangsungan operasional rumah tangga tanpa sedikit pun terpikir bahwa anak-anak kami, Hikari misalnya, perlu diajak ngobrol.
Continue reading