Mudik Lebaran dan Pencarian Identitas

mudik/muยทdik/ v 1 (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman)

Seumur-umur yang saya ingat, saya belum pernah mudik Lebaran. Tenang. Walaupun saya tidak pernah mudik Lebaran, masa kecil saya masih baik-baik saja kok ๐Ÿ˜€ .

Dulunya saya pikir orang tua saya tidak pernah mengajak saya dan dua adik saya mudik karena di kampung sudah tidak ada lagi kakek nenek yang harus disungkemi *dilempar kamus KBBI*. Kakek Nenek saya dari Si Kumendan sudah meninggal sejak Kumendan masih kecil banget. Ditambah lagi dengan Eyang dari si Mami sudah ratusan tahun lama boyongan ke Jakarta. Bahkan si Mami aja lahir di Jakarta. Rejeki saya, kemudian saya menikah dengan orang asli Jakarta. Nah, kampung mana lagi yang harus saya mudiki?! *dilempar dua kamus KBBI*

Sebagai orang yang lahir besar di Jakarta, keluarga inti ada di Jakarta, menikah dengan orang Betawi, tiap musim mudik tiba, saya setia saja jadi penonton liputan lebaran di TV sambil mencari jawaban perenungan saya tiap tahun. Sebenarnya saya punya kampung enggak sih?
Continue reading

Bring It On said Carrie Fisher

Carrie Fisher meninggal dunia ketika film Star Wars Rouge One sedang hangat diputar saat ini. Kemungkinan orang-orang di Indonesia mengenal dia hanya sebagai Princess Leia yang legendaris di film-film Star Wars. Kemungkinan besar juga orang-orang di Indonesia tidak pernah tahu bila dia juga dikenang di dunia sebagai Mental Health Advocate karena keberaniannya berbicara terbuka tentang kondisi dirinya yang mengalami bipolar disorder. Kemungkinan yang lebih besar lagi orang-orang di Indonesia juga tidak akan tahu apa itu bipolar disorder bila mereka tidak mengikuti drama Marshanda ๐Ÿ˜€ .
Kemarin itu saya sedang latihan jari di twitter ketika twit seorang teman membuat saya berhenti dan membaca dengan khidmat.

Saya merespon twit teman itu dengan…

…karena di mari, mental health dianggap hanya drama si penderita yg bisa diobati dng banyak doa dan banyak bersyukur.

Membaca twit itu membuat saya terlempar ke masa-masa ketika crying for help ke orang lain karena menderita depresi dianggap upaya mencari perhatian. Masa-masa ketika berbicara terbuka mengenai penyakit mental akan menyebabkan pupil mata lawan bicara akan mengecil seakan-akan beberapa detik kemudian saya akan lompat ke atas meja lalu menari di sana.

Saya pernah menulis tentang depresi yang saya alami akibat Post Partum Depression di sini. Saya menulis respon orang-orang bila diceritakan tentang depresi saya.

Kenapa situ tidak terapi? Apa mungkin situ kurang sholeh berdoa? Atau mungkin situ terlalu dramatis, semua-mua dipikirin? Dunia akan sangat damai apabila semua masalah manusia bisa selesai dengan pergi terapi dan berdoa sepanjang malam.

Di negara ini -karena saya tidak pernah mencarinya di negara lain- mencari seraut wajah penuh empati yang mendengarkan cerita kelelahan kita karena didera depresi, atau bipolar, atau sakit mental, sama susahnya dengan mencari pendengar yang tidak punya ambisi untuk menceramahi atau sama susahnya seperti mencari dada bidang untuk bersandar. Mungkin masyarakat ini memang belum teredukasi tentang mental illness atau penyakit mental. Mungkin juga masyarakat ini memang selalu dalam kondisi penyangkalan. Karena itu, berbicara tentang diri sendiri yang mengalami kemunduran kesehatan mental hanya akan berarti bunuh diri, baik secara hubungan sosial maupun dalam arti sebenarnya. Tapi, mau sampai kapan kita begini? Mau sampai kapan orang-orang baik di luar sana yang menderita depresi, bipolar, sakit mental lainnya akan dibiarkan tanpa pertolongan?

Mengenang Carrie Fisher buat saya mengenang arti keberanian. Keberanian mengakui kondisi diri sendiri. Keberanian mengakui diri ini butuh pertolongan. Keberanian membuka kondisi dirinya kepada orang lain. Keberanian melawan stigma yang ditempelkan orang lain. Keberanian membawa pesan penderita lain dalam perjuangannya. Dan terutama, keberanian menatap penyakit ini sambil berkata, “Bring it on!”

Masyarakat ini perlu seorang Carrie Fisher.

A gift from a good friend to remind me that everything will be OK if I decide so. #giftforlifetime

A photo posted by dmariskova (@dmariskova) on

10 Tahun yang Lalu

mariskova 10 years ago
Di pagi yang santai di kantor saya iseng berselancar ke masa lalu. Ke blog pertama saya yang infamous itu. Saya klik tahun pertama saya ngeblog dan langsung ketawa geli membaca postingan-postingan awal saya yang cetek-cetek itu. Dengan ‘cetek’ maksud saya semua ditulis segala yang gak penting ditulis. Kemudian saya sampai pada postingan di tanggal 30 April. Persis hari ini, tapi sepuluh tahun yang lalu. Apa sih yang saya tulis?

Some things in this life don’t change.

Sepuluh tahun lalu saya bercerita tentang kemampuan memasak saya yang pas-pasan sampai terjadi insiden terkena minyak panas. Sepuluh tahun setelah itu? Kemampuan masak saya masih pas-pasan sekarang pun ๐Ÿ™‚

Di kantor saya yang duluuuu, ada pepatah yang selalu dipakai trainer untuk menyentil orang-orang setiap kali ada professional development training.

A teacher with one year of service but ten years of experience and a teacher with ten years of service but one year of experience.

Nah, saya masuk ke kategori kedua: sudah sepuluh tahun usaha memasak tapi tetap dengan kemampuan amatir satu tahun ๐Ÿ˜€

Oh iya, sudah lihat postingan kamu sepuluh tahun lalu?

Ketika Kita Bilang I Love You

Saya pikir Papap sudah tidur malam itu. Matanya sudah tertutup sementara tangannya memeluk baby Aiko yang tidur nyenyak di sebelahnya. Saya merebahkan diri di sebelah Aiko. Tangan Papap tiba-tiba bergerak-gerak menepuk-nepuk Aiko. Dia lalu menciumnya.
“Mam,” panggil Papap.
“Aku jadi mikir.”
“Kita kan sayang sama anak kayak gini ya. Dicium-cium. Dipeluk-peluk.”
“Terus kalau anak kita pas besar jadi kurang ajar, rasanya gimana ya. Padahal kecilnya kita sayang banget begini. Apa mereka tahu kita sayang mereka?”
Continue reading

Reuni

Beberapa minggu lalu di salah satu majalah wanita negeri ini ada pertanyaan: berapa banyak undangan buka puasa yang anda terima setiap tahunnya? Jawaban responden lumayan bikin saya takjub. Rata-rata mereka mendapat 8-12 undangan bukber! Kapan tarawehannya coba? Untung saya bukan salah satu respondennya. Jawaban saya bisa menyedihkan soalnya ๐Ÿ™‚

Kegiatan buka bersama biasanya sih jadi satu agenda dengan reuni. Karena sebelas bulan dalam setahun masing-masing orang terlalu sibuk to catch up with friends, buka bersama di bulan puasa jadi semacam background theme untuk reuni satu tahun sekali. Ini dia masalahnya. Saya jaraaaaaaaaaaaang hadir buka bersama. Apalagi reuni.
Continue reading

Writer’s Spot

Saya lihat seekor anjing yang ribet banget cari pohon untuk dipipisin tadi. Pohonnya sudah ketemu. Dia sudah angkat satu kakinya. Tapi bukannya pipis, dia puter-puter pohon. Dan akhirnya pindah ke pohon lain untuk pipis.

Tadinya saya pikir si anjing urung kencing karena segan dengan saya. Mungkin dia mendelik berharap saya minggat dari teras tempat saya memperhatikan dia. Kenapa juga saya iseng perhatiin anjing kencing?
Continue reading