Menjadi Yogi #5

Disclaimer: saya belum bukan lah seorang yogi (atau yogini). Bukan pula ahli dalam dunia per-yoga-an (lihat kalimat pertama). Tulisan di seri ‘Menjadi Yoga’ ini merupakan pengalaman saya sendiri untuk catatan sendiri.

MITOS

Walaupun saya baru berlatih yoga selama 2 bulan, sebenarnya saya sudah sering dirujuk beberapa teman untuk belajar yoga. Dirujuk, sampai dibujuk.
Kalau saya selonjoran di bangku, ada aja teman yang bilang, “punggung lo bengkok gitu. Yoga gih biar lurus.”
Kalau saya berdiri santai, nanti ada teman yang dari belakang menekan punggung saya. “Punggung lo nih miring-miring gini. Ikut yoga aja.”
Atau kalau saya ngeluh sakit kepala, teman lain bilang, “yoga aja. Peredaran darah jadi lancar.”
Terakhir, saya sedang bengong di pinggir kolam renang hotel sambil memerhatikan orang-orang yang ikut yoga ketika seorang kenalan menyapa, “aren’t you joining them? You’ve got that yoga look!”
Apapun masalahnya, yoga solusinya 😀 .
Continue reading

Penulis Tanpa Media

Obrolan ngalur ngidul dengan teman yang mantan jurnalis lapangan internesyonel berujung di pertanyaan, “kapan tulisan lo terbit lagi, De?”
Pipi saya langsung terasa digampar pakai sendal jepit. Yang tipis aja biar enggak terlalu sakit.

Seperti biasa, saya ngeles dengan jago.
“Nulis novel itu butuh waktu. Lama. Gimana coba dengan kerjaan gue sekarang ini yang butuh perhatian gue seratus dua puluh persen? Hah? Hah?”
“Ngeles aja lu!”

Iya. Dia paham saya cuma cari alasan 😀 😀 😀 .
Continue reading

Mainan Baru: Essential Oils

Mulanya biasa saja.

……………….

Mmmm…enggak. Enggak gitu juga.
Mulanya, selesai kelas yoga, seringkali teman-teman yoga saya itu pada goleran di matras dan sibuk menggosok-gosok dengkul, kadang lengan atas, kadang bahu, kadang paha, kadang pantat. Semua bagian yang habis disiksa hari itu. Lama-lama saya penasaran karena saya mencium aroma-aroma segala rupa selagi mereka menggosok. Badannya. Bukan setrikaan. Akhirnya saya pun melongok ke tempat berkumpulnya para anggota goleran.
Continue reading

Menjadi Yogi #4

Disclaimer: saya belum bukan lah seorang yogi (atau yogini). Bukan pula ahli dalam dunia per-yoga-an (lihat kalimat pertama). Tulisan di seri ‘Menjadi Yoga’ ini merupakan pengalaman saya sendiri untuk catatan sendiri.

JADWAL BERANTAKAN

Setelah sempat 2 bulan teratur latihan yoga, akhir Oktober kemarin menjadi penanda melorotnya performa yoga saya *halah*
Gara-gara travel, latihan rutin bersama Mbak Guru Yoga harus mundur. Masih untung kalau seminggu dapat sekali, saya sempat skip beberapa minggu tidak ke sanggar yoga. (eh kids zaman now masih pakai kata sanggar kah?). Kadang saya masih rajin bisa latihan di hotel atau di rumah dengan cara melihat tutorial di youtube. Kekurangannya latihan dari nonton youtube adalah satu, kalau posenya salah enggak ada yang neriakin, apalagi, ngebetulin; dua, kalau posenya susah, langsung nyerah di napas pertama dan gak ada yang neriakin huehehehe…. Apalagi tennis elbow saya masih belum pulih. Alasan untuk enggak serius latihan saat travel makin menjadi-jadi. Nyerah dong mimpi jadi Yogi-nya?

Tentu tidak!
Continue reading