Mulanya biasa saja.
……………….
Mmmm…enggak. Enggak gitu juga.
Mulanya, selesai kelas yoga, seringkali teman-teman yoga saya itu pada goleran di matras dan sibuk menggosok-gosok dengkul, kadang lengan atas, kadang bahu, kadang paha, kadang pantat. Semua bagian yang habis disiksa hari itu. Lama-lama saya penasaran karena saya mencium aroma-aroma segala rupa selagi mereka menggosok. Badannya. Bukan setrikaan. Akhirnya saya pun melongok ke tempat berkumpulnya para anggota goleran.
“Mbak, sini. Cium deh.” Mbak Guru Yoga saya memanggil.
“Emmmm…”
“Bukan cium gue! Cium bau ini!”
Ya saya kan perlu konfirmasi yak.
Sebuah botol kecil warna ungu didekatkan ke hidung saya.
“Eh enak tuh baunya! Apa tuh?”
“Minyak Lavender. Essential oil nih. Cobain nih.”
Jadi begitu mulanya. Saya disodori minyak atsiri Lavender ke hidung saya. Sebelumnya, saya tahu Lavender punya super power salah satunya untuk menenangkan. Sebagai traveller yang susah tidur saat sedang bepergian -dan saya harus bepergian tidak lama setelah itu- saya jadi tertarik untuk beli. Niatnya, si minyak itu mau saya semprot-semprot di bantal supaya bisa tidur pulas di hotel mana pun saya berada. Ternyata, begitu saya mau beli, ASTAGAAAA mahal yak! Untuk botol 5ml, minyak atsiri itu mahal ternyata!
Akhirnya, sebagai anak kepo, saya pun nanya-nanya minyak atsiri itu apa, gunanya apa, kenapa banyak banget, kenapa banyak yang pakai, dan KENAPA MAHAL BANGET?! Mungkin teman saya itu sebal saking saya keponya nyebelin, jadi dia pun maksa saya buat jadi anggota salah satu distributor minyak atsiri di Indonesia. Enngg…gak nyambung sih logikanya, tapi ya benar kejadiannya gitu.
Saya bolak-balik minta beli minyak Lavender ke dia dan dia selalu jawab, “Mahaaal tau kalau beli satu botol doang! Mendingan beli sekalian sepaket jatuhnya lebih murah dan elo dapat ini itu ini itu…!” Kalau mode jualan dia keluar, kalian enggak akan bisa menyelamatkan diri.
Akhirnya saya pun gugel gugel. Apa sih essential oil alias minyak atsiri itu. Okeh, itu minyak sebenarnya adalah cairan konsentrat dari tanaman (atau bagian dari tanaman). Biasanya dalam jumlah kecil dipakai untuk bikin parfum. Rupanya, si minyak ini karena konsentrat tinggi (cmiiw) juga berguna untuk kesehatan. Walaupun tidak bisa menggantikan obat, minyak ini bisa membantu memelihara kesehatan sehingga terhindar dari sakit. Kenapa mahal? Karena minyak ini didapat dengan cara diekstrak dari tanaman (atau bagiannya) aslinya. Misal, 5ml botol minyak Lemon itu terdiri dari berapa ratus tetes ekstrak Lemon. Jangan tanya berapanya. Saya enggak pinter angka.
Sebenarnya, kalau kita gemar mengolesi badan dengan minyak-minyak semacam minyak kayu putih, minyak tawon, sampai minyak parem kocok, ya hampir sama lah fungsinya. Membantu badan lebih nyaman supaya tidak perlu minum obat. Hanya, minyak kayu putih, tawon, dan sejenisnya itu merupakan minyak campuran. Maksudnya sudah dicampur dengan beberapa minyak dan minyak pengantar seperti minyak kelapa, dll. Sementara itu minyak atsiri yang beredar ada yang single oil seperti minyak Lavender, Lemon, Peppermint, dan ada juga yang sudah dicampur beberapa minyak tapi tanpa minyak pengantar. Jadi, ya konsentrat tinggi dan bisa panas sekali di kulit, terutama untuk anak-anak. Manfaatnya minyak atsiri ini pun enggak cuma untuk masuk angin 😛 . Bisa juga untuk membantu tidur nyenyak, membantu menenangkan pikiran dan fokus, membuat wajah mulus, sampai membantu menyeimbangkan hormon.
Akhirnya, saya pun beli tuh sepaket komplit minyak. Iya. Mahal. Bikin saya puasa Senin sampai Kamis aja. Saya beli untuk pakai sendiri. Begitu paketnya datang…saya buka….Ya ampuuuuun, sakit jiwa saya kumat. Melihat 12 botol minyak atsiri warna warni yang bisa saya campur sesuka hati itu langsung saya ngoprek saat itu juga. Orang satu rumah saya balurin minyak! 😀 😀 😀 Malam itu, saya diffuse Lavender di kamar. Lalu Aiko saya balur minyak RC karena dia lagi pilek. Hikari saya tarik dan saya paksa pakai Frankincense buat jerawatnya. Si Papap….kabur.
Kegirangan saya belum berakhir di situ. Besoknya, saya bawa beberapa botol ke kantor dan segera mengumpulkan korban untuk saya balurin minyak. Saya lupa kalau minyak-minyak itu mahal…
Tidak perlu lama, meja saya pun dirubungi orang-orang…yang suka wangi minyak. Yang tidak suka? Kabur semua ke pantry! Hahahaha…. Seringkali malahan daerah sekitar meja saya bau macam-macam minyak saking yang pakai juga beberapa orang dengan kegunaan masing-masing, padahal saya sendiri enggak ada di meja dan enggak sedang pakai! 🙄
Setelah punya minyak-minyak itu, saya pun mulai gugel lebih banyak. Seringnya cari resep. Misalnya, resep buat batuk, pakai minyak RC, Peppermint, dan Thieves. Resep sakit perut pakai Digize, Peppermint, dan kadang Panaway. Resep sakit kepala pakai Peppermint, Panaway, dan Lavender. Resep-resep yang saya dapat dari hasil gugel biasanya saya sesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, saya jarang pakai minyak pengantar seperti minyak kelapa (VCO) karena…bok, saya pakai parem kocok aja berasa kurang panas! Tapi untuk anak-anak saya selalu pakai minyak pengantar. Soal minyak pengantar ini juga lucu. Ada beberapa teman yang saya bikinin campuran karena iseng (and that’s why I’ve got the name Panoramix) dan kasihan melihat mereka sakit. Teman yang satu saya bikinkan untuk soal hormone imbalance dan yang satu lagi karena batuk enggak sembuh-sembuh. Semua minyak campuran untuk mereka saya kasih VCO supaya tidak iritasi kulit. Hasilnya? Pada ngomel karena kurang panas hahaha… Dasar orang Indonesia kebiasaan pakai minyak akar pohon jadi minyak atsiri aja enggak berasa sama sekali. Akhirnya campuran minyak saya ulang dan…whoalaaaa… Alhamdulillah, campuran gue berkhasiat!
Pasien sukses saya sekarang ini antara lain Aiko, Hikari (walau sering kabur), si Mami, si Kumendan, adek saya, dan beberapa teman. Papap masih belum mau jadi korban.
Minyak favorit saya yang super powernya beneran ada hasilnya, pertama Digize buat sakit perut. Ya ampun, saya diare di kantor seharian begitu dioles Digize kurang dari 5 menit hilang tuh melilit. Lalu ada RC dan Thieves yang bikin longgar napas Aiko saat pilek dan batuk. Kemudian campuran Lavender, Peppermint, Panaway buat sakit kepala saya. Untuk adek saya yang punya sinusitis, saya kasih Lavender, Peppermint, Lemon, dan RC. Keluar deh tuh semua ingusnya! Untuk hormon saya yang selalu masalah, saya pakai minyak jagoan pribadi: Clary Sage. Ini minyak saya bawa ke mana-mana terutama untuk kram perut saya yang lebih sering iya daripada enggak. Yang baru aja kejadian kemarin, saya pakai Digize dan Panaway untuk Hikari yang keracunan makanan. Tidak lama setelah dioles di perutnya, dia muntah dan keluar lah semua makan malamnya. Setelah itu? Langsung tidur nyenyak enggak pakai perut melilit dan demam.
So, all these oils do work?
The answer is that depends.
Aiko ternyata penikmat minyak atsiri nomor satu di rumah. Dari yang ditaruh di diffuser sampai yang dipijat di badan, minyak-minyak itu diserap dengan baik oleh badannya. Makanya kalau dia dengar saya ngomongin minyak misalnya ke adek atau ibu saya, dia akan nambahin dengan pengalamannya.
“Aiko pakai Lavender terus sleep well last night, ya Mom?”
“Aiko kemarin pilek terus Mamam massage pakai Thieves dan RC. Aiko udah sembuh sekarang.”
“Aiko juga pakai Digize waktu tummy Aiko hurt.”
Oke. Abaikan bahasa Aiko yang gado-gado. Adek saya kalau dengar Aiko mulai ikut ngomongin minyak pasti komen, “Aiko jago amat jadi marketernya! Elu bawa aja buat jualan!”
Pengguna dipaksa minyak atsiri di rumah berikutnya ya Hikari. Dia memang saya paksa karena aslinya dia enggak betah dengan baunya. Saya pernah dalam satu malam mengolesi wajah jerawatnya dengan Frankincense lalu dadanya dengan RC dan perutnya dengan Digize. Besoknya dia ngambek karena malam itu dia tidak bisa tidur saking bau minyak campur-campur 😛 . Tapi toh sakitnya hilang. Termasuk jerawatnya membaik!
Soal jerawat membaik itu, saya jadi pengin ikutan dong. Walaupun wajah saya ini wajah paling sensitif sedunia sebagai penyeimbang hati yang tidak sensitif, saya coba oleskan campuran yang sama dengan campuran wajah Hikari. Hasilnya? Saya harus balik ke dokter karena jerawat saya muncul semua. Soal diffuser pun sama, Aiko senang sekali kalau minyak di diffuser dicampur. Favoritnya Lavender dan Lemongrass. Saya? Saya sesak napas kalau pakai diffuser dengan campuran kental atau lebih dari satu minyak 😥 .
Jadi, gunanya minyak atsiri buat saya apa dong? Hmm…perut, sakit kepala, backpain, hormon termasuk kram perut, sinus, dan…ini pengalaman baru: mengusir mual perjalanan. Aromaease yang biasanya enggak pernah saya pakai karena baunya kurang suka, saya terpaksa pakai saking salah bawa minyak. Di taksi yang you-know-how-it-smells-under-the-sun dan jalanan macet, saya mual dan akhirnya cium-cium Aromaease. Eh, Alhamdulillah, mual hilang, puyeng hilang, dan saya pantengin itu botol di depan hidung saya di sepanjang perjalanan ke rumah. Selamat lah sampai di rumah tanpa muntah 😀 . Kesimpulan saya setelah hampir 2 bulan pakai minyak-minyak ini, minyak ini bereaksi berbeda di badan yang berbeda. Atau, badan tiap orang bereaksi berbeda terhadap minyak yang sama. Apaseh?! 🙄 …seperti Aiko yang penikmat diffuser dan saya yang bengeknya kumat kalau pakai diffuser. Jadi ya kita harus kenali tubuh sendiri untuk tahu mana yang cocok mana yang kurang cocok.
Enggak tau deh apakah kegilaan saya akan minyak atsiri ini permanen atau hanya euforia sejenak 😛 . Saat ini sih saya sudah mulai mengumpulkan lebih banyak resep, lebih banyak minyak, lebih banyak stiker untuk botol, dan lebih banyak oil pouch. Eh.
Ada yang pakai minyak atsiri juga?
Ohya, postingan ini bukan postingan berbayar dan bukan iklan. Asli pengalaman pribadi.