Bahagia Tidak Sederhana

Allergic to LifeMungkin saya sedang tidak mood. Atau sedang nyinyir tingkat dewa. Atau sedang merasa penuh dengan hidup. Atau mungkin sedang manja aja. Atau mungkin juga karena tengah malam ini saya tidak bisa tidur karena leher kiri saya salah urat padahal saya sudah kangen bantal dan kasur. Tapi sekarang ini kalau ada orang yang bilang di depan muka saya ‘Bahagia itu sederhana, man!’ rasanya saya pengin sepak. Tendang jauh-jauh ke kotamadya yang katanya gak ada di peta Indonesia itu.

Bahagia tidak pernah sederhana. Being happy is a conscious decision. Elo, elo, dan elo, harus punya kesadaran, komitmen, usaha untuk merasa bahagia. Elo, elo, dan elo, harus berusaha menyingkirkan semua pikiran dan emosi negatif, sedih, marah, kekecewaan, untuk bisa merasa bahagia. Sederhana? Cuma warung makan padang yang sederhana!

“Tapi gue kemarin pas lagi bokek terus nemu duit di kantong yang udah lamaaaaaaaaaaaaa banget keselip, gue bahagia banget! Sederhana kan?”
Itu namanya seneng. Bukan bahagia.
“Tapiiiii kemarin itu pas gue lagi sakit, terus anak gue yang baru tiga tahun bilang ‘Mah, cepat sembuh ya. Aku sayang Mamah’ terus gue rasanya bahagiaaaaaaa banget.”
Ya, bahagia lo kan hasil dari mendidik anak lo jadi penuh empati dan kasih sayang. Emang sederhana gitu mendidik anak?
“Tapi, tapi…”

Bahagia tidak pernah sederhana. You’ve got to work on it. Elo perlu usaha.
Can you reach it? Pursue it? Seperti kata Obama, “Yes, we can.”
Still. To be happy is never a simple process.

#edisinyinyirtingkatdewa

Leave a Reply