Faktor U?

Beberapa minggu lalu saya bertemu dengan teman kantor beda lokasi kantor. Walau punya hubungan baik dengan dia, saya jarang ngobrol hal-hal yang ‘dalem’ seperti soal si Kunyil yang cerewet, soal si Papap yang cerewet, soal si Mami yang cerewet, atau soal-soal lain yang tidak berhubungan dengan kecerewetan seseorang di rumah saya. Pembicaraan kami sebatas obrolan kantor. Saya cuma tau dia yang di kantor, dia juga -asumsi saya- cuma tahu soal saya yang di kantor.

Setelah kalimat basa-basi selesai diucapkan (kebanyakan kalimat berasal dari dia sih), dia tanya satu hal yang selalu sukses membuat saya sensitif apabila yang menanyakan dan lokasi tempat pertanyaan itu ditanya berhubungan dengan kantor…

Dia tanya, “De, blog elo kok sering lama gak di-update sih?”
Saya, “HAH?!”
Iya. Saya cuma bisa jawab HAH dengan nada antara syok dengan sensitif ditambah rasa curiga. Bukannya apa-apa. 99% manusia di kantor saya (yang terdiri dari puluhan cabang) tidak tahu dan sengaja tidak saya beritahu kalau saya ngeblog. Eh sekarang malah ada seorang teman kantor mengaku kalau dia membaca blog saya???

Jangan salah sangka. Saya bukannya malu untuk bilang ke orang-orang di kantor kalau saya ngeblog. Saya cuma malas berpartisipasi di dalam adegan selanjutnya yang modelnya mirip-mirip begini:
“Oh, elu punya blog? Blog itu apa sih?”
atau, “Oh, elu ngeblog? Nulis apa lo di blog? Nulis apa? Nulis apa? Apa sih? Apa sih?”
atau, “Kok elu gak bilang-bilang kalo ngeblog?”
atau, “Iiiih pinter nulis ya? Ajarin doooong.”
Semacam itu lah.

Lalu teman saya itu ngomong lagi. “Lagi sibuk ya? Makanya jarang update.”
Jawaban terbaik adalah, “kira-kira begitu deh.”
Rupanya teman saya itu belum berencana untuk berhenti. Dia bilang, “Tulisan di dotcom elu sekarang juga beda deh.”
“Beda gimana?”
“Belakangan tulisan elo lebih serius. Lebih nahan perasaan…”
“Ah, itu perasaan elu aja kali.” adalah jawaban terbaik saya.

Beberapa minggu sudah lewat tapi kalimat teman saya itu ternyata berkesan juga di saya. Dua hari ini saya punya kesempatan dan kesehatan untuk duduk di depan komputer lebih lama. Mau tahu apa yang saya lakukan? Saya balik ke blog lama dan membaca ulang postingan saya disitu.

Well. Teman saya ternyata benar. Tulisan saya setahun belakangan ini ternyata lebih serius dan kadang lebih emosional.
Hmmm… apa ini karena faktor U? Atau karena hidup lebih susah untuk ditertawakan? Atau karena -sederhana saja- saya kehabisan inspirasi?

Untuk teman saya si silent reader, makasih ya udah baca blog ini. I haven’t got the answer yet, and still am not sure if I like the changes or not. One thing you can be sure, I’m still as honest as I can be when I write.

ilustrasi: www.istockphoto.com

Leave a Reply