It’s all about the color!


“Beli lipstik lagi?” tanya Papap heran dengan kening berkerut-kerut.
Saya ngelirik ke toko sebelah. Toko tas. “Daripada beli tas?”
Papap lalu geleng-geleng doang. Saya yakin dia juga malas ngomong panjang karena dia dan Hikari toh baru beli dvd LAGI.

Sebenarnya gak salah juga sih si Papap heran-heran begitu. Dia tahu banget saya paling malas dandan tapi ternyata rekor saya beli lipstik tak tertandingi. Saya punya 8 (delapan!) lipstik yang selalu saya bawa di tas! Padahal satu aja gak abis-abis…

So, is lipstick my guilty pleasure?
Nope.
Gak, saya gak denial kok.
Hayo deh para perempuan, buka tas kalian dan keluarkan semua lipstik di tas! Lalu tambahkan lipstik-lipstik di tas dengan lipstik di beauty case. Gabungkan lagi dengan lipstik-lipstik di meja rias, di kamar mandi (ada ya?), di laci, di mobil… keluarin deh semua! Mau yang masih dipakai atau yang sudah malas dipakai karena warnanya udah gak ngetren, gak lembab, terlalu lembab, gak matte, terlalu matte, gak glossy… dan lain-lain.
Ada berapa semuanya?

Alasan saya sering membeli lipstik dengan warna yang… kurang lebih sama itu cuma satu: mencari warna yang paling saya mau-i!
Ah, kaum laki pasti gak ngerti kalau warna merah wine itu beda dengan merah marun atau coklat marun atau marun pink atau marun rose. Tapiiiiiiii kalau saya mau warna coklat marun, saya harus(!) dapat coklat marun! Walaupun itu artinya saya ngubek-ngubek lipstik di konter merk yang berbeda.

Biasanya kalau saya kasih argumentasi seperti itu ke Papap, dia akan menjawab, “kan ada labelnya di bawah…?”
OOooooh, no no no!
Anda tahu teori warna kulit? Warna kulit yang berbeda akan menghasilkan warna sapuan lipstik yang berbeda! Gak percaya? Coba deh! Tapi sebelumnya -kalau anda laki-laki- pastikan di dekat anda tidak ada istri/pacar/anak atau malah mertua anda.

Nah, penemuan tentang warna kulit yang menghasilkan warna sapuan lipstik yang berbeda itu lah yang menjadi biang kerok munculnya gejala obsessive compulsive saya. Soalnya kalau anda beli lipstik, di tokonya anda gak boleh nyoba tester lipstik  tersebut di bibir. Bolehnya di punggung tangan. Lah punggung tangan kan punya warna yang beda jauh sama muka kita. Nekat mau nyoba tester lipstik itu di bibir? Yaaaaiiiikkkssss! Jijay kali!
Jadi, gara-gara saya gak bisa, eh, gak ikhlas nyoba tester lipstik di bibir saat di konter lipstik, saya harus puas mengira-ira apakah lipstik tersebut saat sampai di rumah dan diulaskan ke bibir saya punya warna sama seperti yang saya idam-idamkan. Kalau ternyata gak sama?

Yaaa…. saya beli lagi….

Pesan moral saya kali ini?
1. Kalau anda laki-laki, stay away from lipstick and women. You’ll never win.
2. Kalau anda perempuan, tau lipstik warna coklat tapi dengan shade marun gak?

Leave a Reply