Sebagai pengunjung setia rumah sakit, saya selalu gerah setiap kali duduk di depan para suster penerima kartu antrian pasien. Para suster ini biasanya duduk di sebuah meja di dekat ruangan masing-masing dokter. Sebelum pasien diperbolehkan masuk, pasien harus menyerahkan kertas antrian sekaligus dicatat statusnya: berat, tensi, dan penyakitnya. Semua itu dilakukan di depan puluhan pasang mata pasien lainnya.
Perawat: “Timbang dulu ya. Oke. Berat Ibu 100 kilo.”
Aib pertama pasien terdengar ke segala penjuru dunia.
Perawat: “Di tensi ya, Bu. 200! Tinggi tensinya, Bu!”
Oke. Udah berat, darah tinggi pulak. Tapi buat saya dua hal itu belum seberapa dengan pertanyaan terakhir.
Perawat: “Ibu keluhannya apa?”
Saya: “Hhmmm… Diare.”
P: “Sudah berapa lama? Encer atau keras? Sehari berapa kali? Terakhir kapan? Sudah makan apa saja? Bla bla bla?”
Ih, kenapa sih saya rese dengan pertanyaan itu?! Bukannya itu memang sudah SOPnya?! Soalnya saya menyaksikan muka merah padam seorang pasien tepat di depan saya.
P: “Keluhannya apa, Bu.”
Si pasien berbisik.
P: “Oh, ituuuu. Gatel gak, Bu?”
Si pasien kumur-kumur.
P: “Berbau gak, Bu?”
Si pasien pucat pasi.
P: “Jadi gatel dan bau, ya, Bu?”
Pasien: “Saya ngomong sendiri sama dokter aja deh, Sus!”
Si pasien lalu menghilang.
Kesian.
Sent from my Nokia E71