Kimora, saya, dan hal lain yang lebih penting dalam hidup

Apa kesamaan antara saya dan Kimora? Selain karena kami berkulit coklat susu dan fabulous :-p , tidak ada hal lain yang sama. Saya lumayan sering menonton acara Life in the Fab Linesnya Kimora karena di channel yang lain sudah tidak ada lagi tontonan yang menarik. Buat saya, Kimora adalah figur yang menarik. Dia itu perpaduan antara pejuang bertekad baja, manusia nyinyir dan galak, ibu yang penuh kasih sayang, dan orang kreatif. Dia adalah jenis orang yang tahu apa yang dia mau.

Baru-baru ini, Kimora membuat saya terinpirasi bukan karena kualitasnya sebagai manusia tapi karena keberhasilannya menjadi langsing setelah bertahun-tahun mempunyai tubuh yang overweight. What?! Apa itu artinya saya terinspirasi untuk menjadi langsing?

Jadi, malam itu saat saya memindahkan saluran tv ke acara LFL nya Kimora setelah beberapa lama tidak menonton, saya mendapati Kimora yang sudah langsing. She looked great, healthy, and more shiny. Spontan saya panggil si Papap untuk melihat Kimora yang baru. Benar saja, si Papap juga kagum.
Lalu, inspirasi itu pun datang. Saya bilang ke Papap, kalau si Kimora yang luar biasa nyebelin saat disuruh work out aja akhirnya bisa berhasil menguruskan dirinya, masa’ saya yang baik hati dan penurut tidak bisa menepati janji untuk berolah raga dengan rajin.

“Be, aku mau work out ah. Dia aja bisa!”
“Maksudnya? Kamu mau kurusin badan?” suara Papap meninggi. “Kamu tuh apa yang mau dikurusin?!”
“Banyak!” Lalu saya mulai menyebutkan satu per satu organ tubuh saya.

Papap terlihat sudah kehilangan konsentrasi mendengarkan saya setelah saya sebutkan organ ketiga. Dan begitu saya lihat jidatnya sudah mulai berkerut mendengar ocehan saya tentang menguruskan badan, saya berhenti. Saya bilang ke dia, “Be, maksudku, dia itu bukti nyata kalau kebanyakan hal di hidup ini adalah mungkin! Hebat kan, dia!?”
Jidat si Papap malah tambah berkerut. “Dia kan galak banget!”
Sekarang gantian saya yang mengerutkan jidat. “Hubungannya apa?”
“Ya, kalau mau cari idola tuh yang baek-baek gitu.”
“Hayaaaah, idola? Aku kan cuma ngomongin tekad baja seseorang!” kata saya sewot.

Kesewotan saya berlanjut ketika saya ikutan disemprot Mami saya gara-gara kasus video porno yang sedang rame di Indonesia. Gak perlu lah saya sebutkan video porno yang mana, anda toh mungkin sudah menonton :-).
Si Mami saya itu ikutan berapi-api membahas kelakuan para artis itu. “Moralnya tuh dimana?”
“Dipinjem, kali, Mam.”
“Gak pantes deh jadi panutan!”
“Lah ya kalau mau manut tuh jangan sama artis kaleee. Katanya kalau manut tuh sama orang tua?” (saya batuk-batuk)
“Di tv, mereka disuruh mengundurkan diri tuh!” kata Mami saya lagi masih berapi-api.
Saya enggak paham. “Mengundurkan diri dari apa? Emang mereka jadi pejabat dimana?”
“Mengundurkan diri dari keartisan!” semprot si Mami.
“Emangnya pejabat?! Artis kan bukan jabatan. Mana bisa disuruh mengundurkan diri!”
“Ya kalau enggak gitu kan mereka akan terus jadi artis!” Mami makin meradang.
“Ya kalau gitu dibikin gak laku aja, Mam. Gak usah ditonton. Gak usah dibahas. Nanti juga pensiun sendiri.”
“Habis kesel!”
Loh?
“Padahal lagu-lagu bandnya dia kan enak-enak.”
“Ya, terus masalahnya apa? Dengerin aja lagunya kalau Mami seneng.”
“Tapi kan kelakuannya begitu!”
“Lagunya, Maaaam. Lagunya! Gak perlu liat orangnya! Gak perlu nonton videonya! Gak perlu niru kelakuannya.”
“Kamu nih kalau dikasih tau…!”

Loh kok jadi saya yang salah? 🙁

Pesan moral saya kali ini adalah:
1. Taruh semua hal di hidup ini dalam porsinya masing-masing. Simplify your life dengan mengurusi hal-hal yang lebih penting, seperti menu makanan untuk keluarga besok hari atau bengkel mobil mana yang lebih bagus.
2. Daripada ribut nyuruh artis mengundurkan diri, mending bikin petisi suruh anggota DPR mengundurkan diri tuh. Ketahuan mana yang makan duit rakyat kan?
3. Cari deh teknik-teknik menguruskan badan ala Kimora. Sumpah it works!

picture: kimora’s site

Leave a Reply