Passport dan Foto Keluarga

Bulan April ini seharusnya jadwal saya memperpanjang passport. Walaupun belum ada rencana ke mana-mana, saya kapok deg degan karena masa berlakunya passport yang kurang dari 6 bulan lalu tiba-tiba saya harus jalan ke mana gitu. Tapi rencana sejak 2 bulan lalu gagal total lah gara-gara Covid-19. Lagian, mau kabur ke mana juga pakai passport wong pesawatnya di-grounded semua 🙁 .

Urusan bikin dan perpanjang passport ini urusan pelik buat saya dan keluarga. Pertama, buat saya. Pelik. Ini karena nama saya yang enggak ada bau-bau Indonesianya. Bawaannya curiga aja itu petugas kantor imigrasi. Biasanya saya akan dipelototin dari atas sampai bawah untuk memastikan iya bener ini orang Indonesia. Buku Nikah, Kartu Keluarga orang tua saya, semua dilihatin lama-lama. Pelik kedua itu saya alami baru aja saat membuat passport anak beberapa bulan lalu. Ini cerita antara ngeselin dan konyol sih.
Continue reading

The Mystery of Age…ing

Sudah beberapa tahun ini saya berhenti menonton film-film mikir. Dan itu artinya saya juga sudah berhenti menonton (hampir) semua film pemenang Oscar. Movies affect me very much. Kalau itu film-film mikir dan cenderung punya storyline yang membuat depresi, maka saya akan mikir berhari-hari dan bahkan sampai ke fase gloomy. Sejak mengalami PPD, saya sebisa mungkin menghindari pencetus depresi yang bisa membuat saya babak belur. Sekarang ini saya cuma mau nonton film ringan ringan yang sekali nonton kelar enggak kepikir lagi. Untung saya masih tahan baca buku serius dan mikir, karena kalau enggak, man, secetek apa nanti diri ini hehehe…
Continue reading

Hashtag Di Rumah Aja

Minggu ini minggu ke dua ratus empat puluh saya menjalani karantina rumah karena Covid-19. Kidding. Ini minggu kelima saya dan ribuan orang di negara ini terpaksa menjalani karantina rumah. Di dunia? Mungkin sudah bulan ke-lima mereka menjalani karantina sejak virus ini resmi disebut pandemik. I can’t believe I have lived long enough (or short enough) to experience a world wide pandemic like now.
Continue reading

Cover Baru di Ebooks

Dua novel lawas saya, halah lawas, lamaaa, novel lama saya dikasih baju baru dan diterbitkan di Gramedia Digital.

Novel Fly Him to the Moon ini tidak seperti saudara-saudaranya yang lain semacam anak jarang disebut 😀 . Ini novel yang idenya benar-benar nggak ada yang saya ambil dari pengalaman saya. Ide cerita di sini benar-benar karangan saya sendiri. Yaiyalah masa karangan orang lain… Novel-novel saya yang lain pasti ada sedikit cipratan pengalaman saya sedikit atau banyak. Novel ini juga jarang disebut. Enggak seperti yang lain. Kenapa ya? Hmm…

Di novel FHTM ini juga, ada sumbangan puisi teman keren saya si Memed. Puisinya bikin baper abis deh.

Novel lain yang bisa dibaca ebooksnya ya si novel yang sudah 3x ganti baju. Paling banyak dandan yang ini dah. Novel ini juga yang personal banget buat saya, selain novel Hair-quake. Novel TTTL ini idenya saya dapat karena keseringan bengong di kereta JR Yamanote Line. Saat menulis cerita ini saya seperti trance membayangkan Tokyo dan keretanya, menghirup bau Tokyo dan sekitarnya, makan minum hidup berhari hari bersama tokoh-tokohnya di kepala saya. Kayak kesurupan.

Ohya kemarin itu di Ig ada yang komen bahwa To Tokyo To Love ini novel favorit dia sewaktu SMP. Antara senang dengan malu, saya bacanya. Saya menjejali anak SMP dengan cerita cinta cintaan model beginiiii hadeuuuuh….Hahaha…

Anyway, silahkan berkunjung ke https://ebooks.gramedia.com/books/author/mariskova untuk membaca versi digital novel-novel ini. Eh, jangan lupa setelah baca tulis komen dong.

Age is Like a Fine Wine

I often hear that aging should be like fine wine -that you should get better with age. Unfortunately I can’t say anything about the wine. I’ve never had one in my life. But…do I get better with age?

I doubt it… 😀

So, the thing is, exactly last month was my birthday.
I used to feel birthday blues whenever my birthday approaching. The cycle is quite similar every year. I would anticipate the coming of March. And then I would feel nervous when the day was approaching. When the Day finally came, I was like really really confused of what to feel. Should I feel happy? Should I feel grateful? Should I feel sad (because…you know…getting older?)? When I didn’t feel any of those things -because come on birthday is just another Monday or Tuesday or Friday- I would feel soooo bad. Then came the birthday blues.
Continue reading

Tahun Sunyi

Tahun 2020 dan berapa banyak resolusi tahun baru yang tidak pernah terjadi.

Saya sudah tidak pernah lagi membuat resolusi demi kesehatan jiwa, tapi, saya membuat semacam retrospeksi terhadap tahun yang sudah dilalui. Rasanya berbeda dengan melihat resolusi yang tidak kejadian. Rasanya lebih seperti pencapaian karena berhasil keluar dari tahun itu hidup-hidup.

Dua tahun ke belakang, year 2018 is about losing things. 2018 terasa seperti sebuah pelajaran untuk merelakan hal-hal belum menjadi amanat saya untuk saya pegang, sedalam apa pun rasa peduli saya. 2018 terasa sangat menyakitkan dan menyedihkan. Tapi, di 2018 juga saya tahu bahwa saya tidak perlu menjadi adiktif dengan rasa sakit itu dan saya bisa keluar dari situ.
Continue reading

10+18

We are thousand kilometers apart today but you warmed my heart with your message for our anniversay.

The Familiar Tinge at Dawn

Short transit in Sydney before continuing to Brisbane. I couldn’t wait to see the tinge of morning colors above Sydney. First time I saw it a year ago, I was fascinated.

This visit is a bit different from last time. Still for work, but it feels somewhat heavier.
But smooth seas don’t make skillful sailors.