Pahlawan Pajak? Tidak, terima kasih. -updated

Hari ini hati saya kemrungsung gara-gara sebuah sms yang datang di pagi hari dari petugas pajak. Saya disuruh datang lagi ke kantor pajak itu untuk yang kesekian kalinya. Eh, sorenya, di radio saya dengar berita tentang Pak SBY yang baru bayar pajak. Hati saya tambah kemrungsung.

“Wajib pajak yang berdisiplin dan memenuhi kewajibannya adalah pahlawan. Wajib pajak yang lalai mencederai dan mengkhianati rakyat,” ujar Presiden dalam pengarahannya dalamĀ  Penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Tahun pajak 2009 di Kantor Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak, Jakarta, Rabu (17/3).

Pak Presiden yang terhormat, mari saya ceritakan kenapa saya tidak mau jadi pahlawan pajak.

Awal 2009, saya membuat kartu NPWP baru. Atas kesadaran sendiri, saya melaporkan pajak tahun 2008 yang sebenarnya belum menjadi kewajiban saya karena saya baru punya kartu di awal 2009. Ternyata, dari hasil hitung-hitungan, pajak yang dipotong dari pendapatan saya berlebih. Tanpa punya pemikiran apa-apa, saya serahkan saja laporan pajak saya itu. Jujur saja semuanya.

Awal bulan November, saya ditelpon oleh seorang petugas pajak, Bapak A. Katanya beliau mau mengurus kelebihan pajak yang saya bayarkan. Bayangkan hati saya. Senang sekali. Ternyata, berdasarkan pendapatan saya dari menjadi guru dan dari menjadi penulis, saya bisa mendapatkan pengembalian pajak!

Continue reading