Papap dan Gadgets

Papap cerita tentang status teman kami di US.
“Si A baru dibeliin iPad sama suaminya.”
“Kok tau?”
“Ini dia tulis di fb.”
Saya baca status si A.
“Terus, suami saya kapan beliin iPad buat saya?”
“Mau?” tanya Papap serius yang malah bikin saya kaget. Serius dia mau beliin gitu?!
“Ya mau lah kalo dibeliin!”
“Boleh!”
“HAH?! Serius?!” Suka gak percaya aja kalo soal beginian sama Papap.
“Ya boleh!”
Saya baru mau bilang ‘tapi…?’
Papap langsung nambahin. “Tapi aku pake dulu ya 2 bulan!”
Sajadah pun langsung melayang ke mukanya.

Saya mikir dulu.
“Satu bulan aja deh?” tawar saya.
Papap terkekeh-kekeh…

Ngambek

Kalau Hikari lagi kumat moody-nya, dia akan mulai cari-cari lawan berantem. Tentu saja yang terprovokasi adalah -urutan pertama- si Papap. Kalau ada Eyang Kung, urutan kedua ya Eyang Kung. Lalu setelah itu Eyang Uti. Saya? Gaya nyari lawan Hikari tidak mempan untuk saya.

Hikari: Aku bosan! Aku mau pergi berpetualang saja.
Papap: Kemana?
Hikari: Ke hutan! Aku bosan!
Papap: Hutan mana?
Hikari: Ya, ke hutan! Kamu dengar tidak aku tadi bilang ke hutan? (nada tinggi)
Papap: Iya, Papap dengar! Papap kan tanya ke hutan mana?! (nada tinggi juga)
Saya: Penting ya, Be? (sambil ngeloyor)
Biasanya setelah itu ada adegan Papap ngomel dan Hikari mewek.

Walau sudah pake acara sahut-sahutan dengan si Papap, Hikari biasanya belum mau mengalah.
Hikari: Aku mau bawa bajuku. Semuanya! Aku mau bawa baju ditaruh di kain. Terus aku pasang kainnya di kayu. Aku mau ke hutan!
Papap: Nih, Papap kasih uang buat naik angkot ke hutan.
Hikari: mewek

Biasanya setelah itu, saya melotot ke Papap, lalu meraih tangan Hikari dan mengajaknya jalan keliling blok walaupun hari itu sudah larut malam sekalipun. Biasanya dia akan berjalan dengan manyun, ngomel, nendang-nendang batu, sampai lari kencang meninggalkan saya. Setelah manyunnya hilang, dia akan balik lagi mencari saya yang masih berjalan santai lalu… memeluk saya erat-erat. Pemandangan yang biasanya dibalas Papap dengan ledekan sirik… karena saya enggak pernah mau dipeluk Papap kalau lagi jalan-jalan di sekitar rumah…

Beda Hikari, beda Papap.
Kalau Papap sedang ngambek -yang datangnya seperti tahun kabisat: 4 tahun sekali- saya malah pasang tampang jengkel. Soalnya, Papap kalau ngambek itu belagak diam. Kalau ditanya, jawabnya sepotong-sepotong. Kalau disindir ngambek, enggak mau ngaku. Akhirnya, saya malah balik ngomel. “Ya sudah! Terserah kamu ajah!” adalah kalimat sakti saya. Setelah itu, biasanya Papap menyerah dengan mengeluarkan kalimat dua potong.

Kalau saya yang ngambek?
Pilih jawaban di bawah ini:
a) Diam seribu bahasa selama beberapa hari
b) Marah-marah
c) Nangis
d) Semua yang ada di atas. Serius lo?!
e) ……. (isi sendiri)

Hikari dan konsep menabung

Ada banyak cara bagi Hikari untuk mendapatkan rejeki. Mengaji bener sedikit, dia dapat limaribu. Latihan karate bagus sedikit, dia dapat lima ribu. Cium pipi Eyang Kakung sedikit, dia dapat sepuluh ribu. Pijet-pijet Eyang Uti sedikit, dia dapat duapuluh ribu.

Malam ini Hikari kembali dapat limabelas ribu dari Eyang Uti karena sudah mencium pipi Eyang Uti kiri dan kanan. Uang itu langsung dikasih ke Mama. Kata Hikari uang itu untuk main kartu Animal Kaiser di mall. Mendengar itu, papap langsung komentar.

Papap: Hikari, uangnya dikumpulin dong. Tadi kan baru aja bilang mau beli buku.

Hikari: Kan uangnya cuma limabelas ribu. Bukunya kan enampuluh ribu. Uangnya cuma cukup untuk main Animal Kaiser.

Mama: Makanya dikumpulin. Kan kalau dikumpulin, sedikit-sedikit lama-lama…?

Hikari: Lama-lama dibawa ke BNI.

Serahkan Pada Ahlinya

Mohon maap kepada para hadirin sekalian yang pusing melihat template blog ini gonta-ganti melulu. Ngaku saja, saya juga pusing. Pusing nyari template gratisan yang cocok sama kepribadian saya. Memang susah sih. Nyari apapun -dari manusia sampai template- yang cocok sama saya memang susah.

Untuk sementara, saya pakai template coklat-coklat begini dulu. Terpaksa ikhlas dulu karena judul blog gak keluar dan link blog juga gak keluar (masa blog ini linknya YourSiteName.com?) sampai saya bisa menemukan dimana kode yang harus dikoreksi.

Saya tinggal menjahit manik-manik dulu ya…

5 Years Blogging and I Gave Myself A Gift. Sort Of.

Blogging, continously, for 5 years is… exhausting.

Yes, it is exhausting. Imagine what a 5-year old blogger has to do in 5 years: squeeze the brain to get some decent ideas to post, or just stare at the monitor in an attempt to get ideas, make time to type the ideas down although it means it’s 2 o’clock in the morning, edit and re-edit the writing although after twice typing it you won’t care if there are misspelled words, eventually post the writing, wait for the readers’ comments, get butterflies in the stomach for having read the comments, reply the comments with butterflies still in the stomach… Those things, a blogger does in 5 years!

Then, what keeps me going blogging for 5 years? Besides the Nokia E71 I got for being the second winner in Pesta Blogger 2009, my answer would be… A LOT! First, I got a lot of friends in my 5-year blogging. Many of them become my virtual best friends! Then, I got a medium to vent my anger. Ha! I could say whatever I want and how I want it to. Next, I got skills, writing skills. The comments I got become my standard of knowing whether my writing skills are improving, or not. Trust me, I have a lot of more blahs to write about this.

This year, I think it’s about time I reach further, although it only means moving from my mariskova.blogspot.com to this mariskova.com. The moving gives me a sense of responsibility: I have to keep writing because now I am paying for this thing! Haha!

What does the how many years blogging mean to you?