The Same Sky, sekuel dari Broken Clouds

Sekuel dari Broken Clouds sudah berusia 9 bulan, terbit Desember 2023. Maafkan update yang terlalu terlambat ini *grin*.

Novel The Same Sky masih mengikuti kisah Captain Geni dan Riani, tapi di novel ini setting berpindah ke Papua. Bagaimana sih rasanya jadi penerbang perintis di langit Papua? Kalian bisa ikuti petualangan Capt. Geni di novel ini.

Jakarta, November 2018. Riani Kusuma, pekerja kemanusiaan, bertemu kembali dengan Captain Arya Wisanggeni, cinta pertamanya setelah belasan tahun memendam kenangan. Sayangnya, kesalahpahaman memisahkan mereka semakin jauh. Luka hatinya terlalu dalam sehingga Riani bertekad melupakan Geni, tanpa menyadari pilot pesawat perintis itu membawa patah hatinya terbang dari Kupang untuk menyusuri pegunungan Papua.

Sentani, Maret 2019. Musibah banjir bandang terjadi di tempat Geni bertugas. Laki-laki itu tidak bisa dikontak. Riani melakukan berbagai cara mencari tahu keberadaan Geni. Dia bersedia memaafkan Geni seandainya laki-laki itu masih hidup.

Tapi… bagaimana seandainya mencari Geni bukan keputusan terbaik?

Novel ini bisa didapatkan versi ebook dan hardcopy-nya di Gramedia. Atau, bisa juga cek link novel-novel Mariskova di sini.

Broken Clouds sudah terbit!

Setelah menunggu sepuluh tahun sejak novel terakhir di 2013, hari Rabu, 8 Maret tahun 2023 ini novel kelima saya, Broken Clouds, terbit di seluruh toko-toko buku Gramedia, gaes.

Ini cerita terlama yang pernah saya tulis sejak ide dan karakter novel ini pertama kali muncul di tahun 2012. Sejak pertama menulis, judul cerita ini sudah berganti sekian kali. Phew. Tapi ada dong yang konsisten dari awal kemunculannya tidak pernah berganti dan berubah, yaitu…nama tokoh utamanya.

Sinopsis Buku:

Dua belas tahun lalu, Geni “kabur” ke Australia. Kini rumah bagi Geni adalah di Kupang, tempat teman-temannya berada. Di sana Geni merasa bebas dan bisa berselancar di antara awan. Jauh dari usaha perjodohan, dari cercaan Ibu yang memintanya menetap di Jakarta. Dua belas tahun berlalu, perempuan itu muncul kembali di hidup Geni. Riani. Memaksa Geni menghadapi perasaan-perasaan yang belum selesai. Sejak kapan sih Geni kelimpungan karena satu perempuan mati-matian menghindarinya? Yang ada dia biasa dikejar-kejar. Geni pilot andal yang tak pernah gentar cuaca apa pun. Dia yakin bisa meluruskan apa pun yang pernah terjadi di antara dirinya dan Riani. Hanya saja, dia takut semua sudah terlambat….


Kalau belum sempat ke toko buku, santai… Bisa check-out dari sini: toko buku online.

Semoga pengalaman membaca Broken Clouds kalian menyenangkan… *salim*

Novel Broken Clouds – PO Sudah Dibuka!

Novel kelima saya, Broken Clouds, sudah bisa dipesan loh. PO dibuka hanya seminggu saja untuk edisi dengan tanda tangan, quotes, dan door prize. Di toko buku Gramedia, novel Broken Clouds hadir tanggal 8 Maret 2023.

Yuk merapat yang ingin kenalan dengan Captain Arya Wisanggeni di novel Broken Clouds!

Dua belas tahun lalu, Geni “kabur” ke Australia. Kini rumah bagi Geni adalah di Kupang, tempat teman-temannya berada. Di sana Geni merasa bebas dan bisa berselancar di antara awan. Jauh dari usaha perjodohan, dari cercaan Ibu yang memintanya menetap di Jakarta.

Dua belas tahun berlalu, perempuan itu muncul kembali di hidup Geni. Riani. Memaksa Geni menghadapi perasaan-perasaan yang belum selesai. Sejak kapan sih Geni kelimpungan karena satu perempuan mati-matian menghindarinya? Yang ada dia biasa dikejar-kejar.

Geni pilot andal yang tak pernah gentar cuaca apa pun. Dia yakin bisa meluruskan apa pun yang pernah terjadi di antara dirinya dan Riani. Hanya saja, dia takut semua sudah terlambat.

Pemesanan bisa di:
Gramedia, tentu saja.
Atau di Gramedia dot com.
Tersedia juga di Tokopedia.
Dan di Shopee dong.

Novel Baru. Segera.

Teman-teman saya beberapa waktu lalu sering ngeledek.
‘Elu tiap kali ngasih kesan lagi nulis, lagi nulis, tapi manaaa novel barunya. Ini PHP ya?’

Ya, sudah hampir 2 tahun ini saya berusaha menyelesaikan draft berusia 10 tahun. Butuh waktu untuk melakukan riset dengan benar, butuh waktu untuk menyempurnakan cerita, butuh waktu untuk menarik diri dari rasa frustasi yang kadang datang saking ya-ampun-ngeyel-banget-sih-ini-karakter-dikasih-tauuuuu! Jelas, ini novel dengan riset terintensif sepanjang karir saya menulis. And this novel is my tribute…

Bukan itu aja. Novel ini punya sekuel. Yes, I know, I once said I never would or could write a sequel, but here it is 🙂 .
Jadi, bisa dimaafkan ya hiatus panjang saya? Hehe. Kan kalian langsung dapat dua 😀 .

Mohon doanya untuk kelancaran proses produksi, gaes. Masih bekerja sama dengan GPU, novel ini berjudul:

Pertanyaan untuk Penulis

Semua penulis yang pernah mempublikasikan ceritanya, baik yang sudah ngetop maupun yang baru akan ngetop, pasti pernah menerima satu pertanyaan ini: “Kamu nulis tentang aku ya?” atau yang lebih njelimet lagi, “Kamu kok nulis tentang aku nggak minta izin dulu?”

Seorang David Nicholls menulis acknowledgements untuk novelnya ‘One Day‘ seperti ini:
It is in the nature of this novel that certain smart remarks and observations may have been pilfered from friends and acquaintances over the years, and I hope that a collective thank you -or apology- will be enough.


Continue reading

A Cup of Heart

He held out his hands and put the glass bowl in front of me. It was half full with small folded papers. Back in my apartment, Black, my goldfish, lived in the same kind of bowl. His hands were now on his hips. Sleeves rolled up and apron the color of coffee bean was crisp. His widened eyes were watching me. Expecting me to take one the folded papers.
“Come on, man. I just want a cappuccino. Sweet, creamy, but strong.” I gave him my best smile.
“It doesn’t work that way here.” From the other side of the table, he pointed out at a sign on top of it.
My smile disappeared. “Fine.”
I picked one paper, glared at him, and opened the paper. It was written ‘heart’. I let out a frustration but his satisfying laughter was louder. He would be handsome if the glass bowl didn’t hit his face first, I thought, entertaining the idea.

It had been a month I had my coffee here and heart was the only latte art I got for my cappuccino. I didn’t even care about the bloody drawing but this man who otherwise was quite handsome if I hadn’t been regularly cross at him said it was a rule here to choose a surprise latte art for our coffee! A fresh cup of coffee with lily drawing was delivered to a man at a nearby table.
“Why can’t I have that just once? Or a smiley for a change!” I hissed.
He shrugged indifferently. “Luck, I guess.” He took the bowl and put it back under the table. “One cappuccino coming right up. Sweet, creamy but strong. Enjoy the heart.”
He gave me his widest brightest smile. I rolled my eyes, picked up my yoga mat, and walked to my usual table next to the front window.

At the barista’s table, he returned the bowl next to an identical bowl half full with small folded papers. He sensed his friend passed behind and muttered under the breath. Only loud enough for his ears to hear.

“It’d be a lot easier if you just tell her directly.”

First posted the story as very mini short story in my instagram.

#writing #shortstorywriting #oneofthoseinsomnianights #coffee #coffeeaddict #latteart #cupofcoffee #veryshortfiction #fictionwriting #coffeestory #latteartgram #caffeinated

Antologi Cerpen – Sebuah Niat untuk Terus Menulis

Cerpen Majalah Femina
Niat. Yang penting niatnya.
Sebenarnya saya sudah lama berniat melanjutkan draft-draft cerpen yang terbengkalai. Ya niat doang. Belum pernah saya laksanakan dengan berbagai alasan. Salah satunya karena saya takut berkomitmen waktu untuk menulis (saja). Menulis itu butuh banyak faktor pendukung selain mood. Ada faktor ketenangan lingkungan yang sangat penting, faktor kenyamanan tempat menulis, faktor bebas gangguan, dsb dkk dll. Kalau saya sudah berkomitmen untuk menulis, artinya saya akan menjadi sangat selfish. Tidak mau diganggu selama jam-jam saya menulis. Tanpa adanya ruangan sendiri yang bebas gangguan, kondisi ini sulit kecuali saya menulis dari tengah malam sampai dini hari. Coba setiap hari gini, minggu kedua tipes langsung kan?
Continue reading

Officially a Published Writer

Tepat 12 tahun dan 1 bulan yang lalu (oke ini saya udah ngitungnya pakai kalkulator), novel pertama saya Hair-Quake resmi diluncurkan di 13 April 2008. Setelah sebelumnya cuma jadi penulis blog, jurnal, diary, komen blog orang, laporan kantor, Alhamdulillah sudah bisa merambah ke profesi penulis novel. Sejak itu saya sudah menulis 4 novel Metropop dengan GPU, 3 novel antologi dengan Lingkar Pena, 1 buku cerita anak antologi dengan Blogfam, dan 2 cerpen di Majalah Femina. Belum seberapa memang.

Pertengahan tahun 2013, A Wish for Love, novel yang keempat diterbitkan. Sejak itu karir penulisan novel saya berhenti sampai 7 tahun kemudian di tahun 2020 ini dan saya hanya sanggup menelurkan 2 cerpen di Majalah Femina. Kenapa berhenti? Sibuk, Bambaaaang 😀 .
Continue reading