Jangan Rame-Rame ke Pangandaran

Sebenarnya sudah lama saya pengin nulis pengalaman ke Pangandaran di awal tahun 2022 kemarin. Tapi malas hehehe… Januari berubah jadi Februari lama-lama jadi Mei dan tiba-tiba sudah akhir tahun 😀 .

Tujuan traveling ke Pangandaran sebenarnya bukan karena lokasi. Waktu itu saya tidak punya banyak info tentang Pangandaran dan sekitarnya. Saya cuma kepingin nyobain terbang dengan pesawat baling-baling tunggal sebagai salah satu hal di dalam bucket list, dan tidak terlalu ambil pusing itu pesawat terbangnya ke mana hahaha! Satu-satunya pesawat baling-baling tunggal yang berangkat dari Jakarta rutenya cuma ke Pangandaran. Yowes, berangkat! Ngapain di Pangandaran, lihat nanti aja deh.

Terbang dengan pesawat Cessna Grand Caravan itu sudah saya rencanakan sejak mid 2021, tapi terkendala lockdown bolak-balik, teman jalan yang jadwalnya nggak pernah pas sama jadwal saya, sampai semua akomodasi di Pangandaran yang penuh sejak September 2021. Akhirnya di Desember 2021 kami sepakat harus jalan di tanggal sekian di bulan Januari apa pun yang terjadi!

And we were glad we did it!

Pesawat Cessna yang dioperasikan Susi Air dari Bandara Halim hanya punya 2 jadwal: Senin dan Jumat. Jadi kita harus pilih mau berangkat dari Jakarta hari Senin dan kembali Jumat, atau berangkat Jumat dan kembali Senin. Saya dan 2 teman saya pilih berangkat Jumat siang dan balik Senin subuh. Waktu kami check in di Bandara Halim, kami berasa dapat star treatment. Personal banget dah. Ternyata karena penumpang hari itu cuma kami bertiga 😀 . Kami diminta menunggu di Susi Air lounge yang nyaman dan bersih serta dingin. Di lounge itu hanya ada kami bertiga dan kayaknya kru Susi Air juga bingung ngeliat kami iseng banget jalan-jalan model gini. Yang lucu itu di apron depan lounge yang parkir malah pesawat jet executive. Terus saya komplen. Wong saya maunya ngerasain naik bus aka Cessna kok disodori pesawat cakep kek gitu?! Ternyata pesawat kami parkirnya agak jauh hehe… Gak jadi protes deh.

Waktu saya merencanakan perjalanan ini, ekspektasi saya terus terang sederhana banget. Nyobain naik pesawat, jalan-jalan di pantai sedikit, duduk manis di penginapan sambil lanjut nulis. Beneran cuma pengin nulis di resornya. Karena itu saya nggak rencanakan harus jalan ke obyek wisata tertentu atau harus melakukan apa di Pangandaran. Ternyata, begitu pesawat take off, O-EM-JI, I was in for the treat of a life time! Karena jenis pesawat ini terbangnya rendah, di bawah awan, pemandangannya me-nak-jub-kan! Jadi, sejak naik pesawat pun liburan kami sudah dimulai. Beda banget rasanya dengan naik pesawat besar seperti biasa.

Di pesawat kami berusaha sekuat tenaga nggak norak lihat pemandangan cakep banget. Walaupun penumpang cuma kami bertiga dan beberapa kotak barang, kan ada satu pilotnya haha. Malu euy kalau ditandain. Yang heran itu kenapa Susi Air nggak menjadikan rute Jakarta-Pangandaran PP ini sebagai bagian dari bisnis pariwisata. Kenapa, Bu, kenapa? ;D . Saat kami melintasi langit sebuah kota yang kelihatan penuh, si pilot menunjuk ke bawah sambil kumur-kumur.
“Hah, apa?”
“Bnngngng.”
“Apa?”
“Band–dooong.”
“Ooooh, Banduuuung.”
Di tengah perjalanan, saya yang duduk di kiri depan, persis di belakang kursi pilot, kebagian kena hujan es. Teman saya yang duduk satu deret tapi di sebelah kanan, kebagian matahari bersinar cerah. Luar biasa banget bisa ngalamin itu!

Kami mendarat di Bandara Nusawiru yang cerah dan disambut dengan kru darat yang cengengesan lihat tiga orang perempuan keluar dari pesawat dengan senyum lebar 😀 . Sebelum masuk ke mobil sewaan, saya titip pesan ke kru darat supaya jadwal pulang di hari Senin digeser menjauhi jam matahari terbit hehehe… Nggak banget lah udah di airport jam 4 pagi kan? Tentunya permintaan saya cuma dijawab cengengesan aja.

Di Kabupaten Pangandaran, kami menginap di JavaCove Beach Hotel di Batu Karas, persis di seberang pantai Batu Karas yang katanya sebelum pandemi jadi tempat surfing para peselancar asing. Bulan Januari kemarin kegiatan masyarakat masih dibatasi jadi pantai lumayan sepi tanpa turis asing dan lebih banyak turis lokal. Dari Batu Karas ke pantai-pantai di Pangandaran perlu waktu sekitar satu jam lebih tergantung kepadatan kendaraan. Karena jalan ke Pangandaran kota hanya jalan 2 arah (bukan jalan protokol besar), di musim liburan, jalanan ini bisa super padat dengan bis-bis besar. Kami beruntung saat itu Batu Karas ke Pangandaran masih sepi. Pantai-pantai sepanjang jalur Batu Karas – Pangandaran pun masih sepi dan bersih sih sih!

Karena kabupaten Pangandaran berada di pesisir, garis pantainya panjang banget. Pakai mobil kami sempat menelusuri Pantai Madasari yang disebut seperti Tanah Lot di Bali, Pantai Pasir Putih yang cakep banget, Pantai Batu Karas yang tinggal nyebrang dari resor, Pantai Legok Jawa yang sunsetnya cantiiik luar biasa dan juga bersebelahan dengan pacuan kuda, sampai ke Pantai Pangandarannya yang sudah ditata rapi jadi Kampung Turis. Mungkin karena kami datang bukan di musim liburan, pantai-pantai tadi lumayan sepi dan bersih. Pandemi juga jadi salah satu alasan sepinya. Tentu kami ke mana-mana pakai masker dan bolak-balik tes antigen. Kan pengin liburan aman.

Kami juga sempat nyobain body rafting di Green Canyon-nya Batu Karas. Sekali lagi tanpa rencana. Bagi pelancong jompo macam kami, body rafting ini agak-agak bikin sport jantung. Arusnya deras dan batu-batunya licin. Untungnya pemandu kami, Dek Sidik dari Pangandaran Rafting, jago banget dan asik banget orangnya. Saya sempat lompat dari batu setinggi dua meteran dan setelah berhasil berenang ke tepi baru sadar betapa saya ini udah lama tidak ambil resiko. Ternyata mendorong diri untuk ambil resiko itu selain bikin jantung mpot-mpotan juga bikin kepala jernih.

Nggak terasa 4 hari 3 malam di Pangandaran lewat cepat banget. Pergi tanpa ada rencana jalan ke mana dan tempat apa yang akan dikunjungi ini di luar kebiasaan saya. Biasanya saya nervous kalau bepergian model seperti ini. Kali ini saya benar-benar menikmati ide yang muncul spontan. Tentu saja tulisan saya jadi nggak kelar. Boro-boro nulis. Kerjanya main mulu ke pantai. Hal paling pintar yang saya lakukan ya menyewa mobil. Jadi efektif bisa menikmati panjangnya pantai di daerah ini dengan waktu yang singkat.

Waktu saya kembali ke Jakarta, pembatasan kegiatan mulai dilonggarkan. Lebaran pun sudah bisa dilakukan silaturahmi. Setelah 2 tahun lebih terkurung, turis dalam negeri mulai datang ke Pangandaran. Saking ramainya, pantai-pantai yang beberapa bulan sebelumnya bersih jadi penuh sampah. Nggak heran Bu Susi ngamuk. Saya yang sempat mengalami indahnya pantai di sana aja langsung patah hati lihat liputan di TV. Kapan ya kita bisa sayang sama lingkungan? Sigh. Rencana untuk balik ke sana sekarang harus dipikirkan lebih matang terutama soal waktu yang tidak berbarengan dengan jadwal liburan.

Jumat subuh kami sudah siap di Bandara Nusawiru untuk kembali ke Jakarta. Sekali lagi naik Susi Air yang terbang rendah. Kali ini pesawat penuh jadi nggak bisa norak sama sekali hehe… Pemandangan dari pesawat di pagi hari itu benar-benar klimaks dari kunjungan kami ke Pangandaran. I am sooo glad I did this trip!

Leave a Reply