Kebun Binatang Ala Papap

Kalau kalian pernah main ke instagram saya, kalian mungkin pernah baca drama binatang peliharaan di rumah saya yang bisa tiga babak sendiri. Cerita tentang binatang peliharaan ini kadang dimulai dari strategi Papap untuk beli pet baru tanpa bilang sampai hilangnya si binatang yang membuat kami harus membuat pet rescue party 🙄 .

Saat saya menikah dengan Papap, Papap membawa serta kura-kura peliharaan yang dulu sebesar genggaman anak kecil tapi sekarang sudah sebesar kepalanya si anak kecil. Delapan belas tahun dan belasan pet drama kemudian, kami sudah memelihara: 3 kura-kura, 2 kelinci, 1 burung Kakatua Jambul Kuning, 1 burung Nuri, 1 bayi burung Hantu yang tiba-tiba muncul di pekarangan, sejumlah ikan berbagai jenis yang dramanya berjilid ngalahin sinetron, 4-5 Iguana (lupa berapa banyak yang kabur sekarang tinggal 2), 2 hedgehog punya tetangga yang dititip tapi disuruh pelihara (dan kami kembalikan dengan susah payah), kucing kampung mulai dari nenek-kakeknya sampai cicit yang sebenarnya tidak dirawat tapi sering nginep, 1 kucing Angora yang tiba-tiba muncul di rumah dan enggak mau pulang, ular yang tiba-tiba nongol di teras belakang tanpa permisi tapi kami suruh pulang lagi 😀 . Kalau belalang, capung, keong, ulat dan kupu-kupu yang sering nemplok di tanaman saya dihitung, nambah itu daftarnya.



Sekarang ini, binatang peliharaan kami tinggal 2 Iguana, 2 Kura-kura, beberapa jenis ikan yang dikasih nama Johny Kemod A sampai Johny Kemod Z. Yang lain kemana? Ada yang mati (terutama ikan-ikan yang entah kenapa jarang mau akur dan akhirnya berantem), ada yang dikasih kenalan (Burung Kakaktua karena semakin besar sementara kandang dan halaman kami tidak bertambah besar), ada yang kabur (Iguna, tak terhitung jumlahnya), ada yang antara kabur-loncat pagar-atau-dicuri (kura-kura African Tortoise yang bikin Papap patah hati sampai sekarang).

View this post on Instagram

Hubby's African Tortoise, Mamet, has been missing for 2 days. It was put on the grass surrounded by a garden gate. I think it jumped over the gate because there was no way it could dig a tunnel below the gate. Millenial tortoises do that now, you know. Hubby thought someone had stolen it. I didn't think so because our house gate was locked that day. Mamet must have jumped over our 1-meter iron gate. As I said, millenial tortoises do this now. Hubby had everyone in the house looked for Mamet for 2 days. Hubby has been sooooo pissed. He even set up a search party who included security guards. Excluding me. He asked me if I wasn't sad for the missing tortoise. I was about to ask if he really wanted to hear the answer. But, I decided to say, "of course, I'm sad." Long story short, today, after morning search cut short by rain, hubby asked me for Mamet's photo. He wanted to make a flyer 'Missing Mamet'. For the love of God, I DON'T HAVE THE FRICKIN PHOTO! ??? Why should I?! But hubby is sooo heartbroken. So, I took a pic of Mamet's roommate, Milly. Milly is a Srilankan Tortoise and sized like a grownup head. We, no, hubby has had him more than 20 years. Mamet was only half the age with the size of adult's palm, huge palm. I told hubby nobody would know the difference between the two tortoises. He didn't buy it and now sulking, taking his daughter to sulk together. This photo will go a waste (hubby doesn't want it) so I put it here. Btw, both tortoises used to be called Turtlely and Turtleroy, until hubby and daughter watched @ernestprakasa Mamet & Milly and then changed the names. Consider it lucky. Their fish is named Jhonny Kemod. #pet #turtoises #missing #hubbystory #lyfe #daughteranddad #coldheartedmom

A post shared by dmariskova (@dmariskova) on

Karena penghuni rumah, terutama saya dan Aiko, alergi parah, kami memang tidak bisa memelihara binatang berbulu jenis apa pun, termasuk kucing. Ini memang semacam hukuman sadis sih karena satu rumah senang banget dengan pet, kecuali saya. Mungkin karena pengalaman bertahun-tahun setiap berdekatan dengan binatang membuat badan saya sakit, saya jadi trauma dengan binatang. Dideketin kucing aja saya bisa jejeritan ketakutan…dengan bulunya. Dengan anjing, saya punya trauma lain lagi yang bisa bikin saya freeze di tempat saking takutnya. Sementara itu, Papap cinta banget dengan binatang. Akhirnya, jalan tengah kami adalah boleh pelihara binatang tapi yang tidak berbulu.

Kecintaan si Papap pada binatang diwariskan ke anak-anak. Jadi lah mereka sering bikin strategi diem-diem untuk menambah koleksinya supaya enggak diomelin saya. Strategi paling sering kebaca adalah ngajak saya pergi ke pameran tanaman, biasanya Flora Fauna di Lapangan Banteng, membiarkan saya berjam-jam masuk ke semua toko tanaman, lalu pas mau pulang dan bertemu di meeting point, mereka sudah membeli dan membawa binatang baru…Hadeeeuuuuh 😀 . Saya sebenarnya tahu strategi ini tapi apa daya cuma di saat itu saya boleh belanja tanaman sebanyak apa pun dan DIBAYARI Hahahahahaha….

Nah, drama perbinatang peliharaan terakhir ini gegara African Tortoise si Papap yang udah segenggam tangan orang dewasa hilang. Dipelihara sejak ukuran tangan anak bayi, kura-kura ini ternyata….mahal! Haaaaaks…hahaha… Tiga bulan sudah lewat dan si Papap masih patah hati. Setelah mengerahkan seluruh penghuni rumah dan petugas satpam komplek untuk ikut jadi search party dan gagal, Papap bikin poster yang ditempel di pos satpam. Gak guna juga. Kura-kuranya tidak kembali. Usaha berikutnya, setiap jalan dari ujung pos satpam ke rumah yang jaraknya satu kiloan, Papap akan jalan pelan-pelan sambil memperhatikan setiap sudut rumput tetangga yang dilewati. Kadang, sambil manggil-manggil… 🙄 Yeah. I know. Usaha terakhir Papap? Tiba-tiba mau nganter saya ke pameran di Balai Kota dan pas pulang mlipir ke toko binatang peliharaan di daerah Kramat sono 😀 .

Hasil belanja di toko peliharaan, bukan cuma dapat satu kura-kura Sulcata, Papap juga dapat:


Iguana baru!

Sampai detik ini saya enggak mau tanya harganya berapa….

Leave a Reply