Menjadi Yogi #6

Disclaimer: saya belum bukan lah seorang yogi (atau yogini). Bukan pula ahli dalam dunia per-yoga-an (lihat kalimat pertama). Tulisan di seri β€˜Menjadi Yoga’ ini merupakan pengalaman saya sendiri untuk catatan sendiri.

INFLEXIBLE

Haiiiiiish sudah 4 bulan saya tidak update perkembangan dunia peryogaan saya. What happened?! *lah malah nanya*
Saya masih rajin ikut latihan yoga kok. Hanya saja jadwalnya kebanyakan bolong dari pada enggak bolong. Januari saya bolong karena ke Sydney. Februari juga bolong karena ke Manado. Maret saya bolong lagi karena ke…ke mana ya saya bulan lalu? πŸ™„ Ke Bandung dan ke Puncak! Yaseh jaraknya dekat tapi kalau enggak ada di rumah kan ya enggak bisa latihan juga… *digaplok guru yoga gue*

Enggak ada alasan untuk tidak yoga.
Susah memang beralasan tidak rajin latihan yoga kalau bukan karena malas. Mau kita pergi ke provinsi mana kek pasti bisa lah itu latihan. Malas pun masih bisa latihan di tempat tidur. Kalau kayak saya yang jadi manusia koper loncat dari hotel satu ke hotel lain pun, enggak ada alasan untuk enggak latihan yoga karena enggak bawa baju misalnya, atau enggak bawa sepatu, atau enggak bawa alat, atau enggak bawa keinginan kuat buat olah raga. Yoga itu fleksibel. Waktu dan tempatnya. Juga peralatannya. Bahkan kalau dibandingkan dengan jogging, yoga masih lebih fleksibel saking enggak perlu pakai sepatu. Nah lo bayangin jogging pakai sepatu pantofel berhak 7 senti. Tidak perlu nyari treadmill dan kemudian beralasan mesinnya malesin. Cukup lah elo dan karpet kamar hotel lo itu.

Tapi yang namanya malas…

via GIPHY

Nah di Bandung saya tidak bisa berkelit tidak latihan karena hotel saya menyediakan kelas yoga rutin 2x sehari. Si Papap sampai tolak pinggang di depan saya sambil nyemprot, “mau alasan apa lagiiii?” πŸ˜›
Di sini pula saya menemukan ‘gaya’ yoga yang berbeda. Kalau di kelas yoga rutin saya, latihannya lebih ke ‘olah’ raga dan olah badan. Di Bandung itu, guru yoga yang sore memperlihatkan yoga yang lebih ke meditasi. Gayanya lebih menari daripada latihan fisik walau pose yang diajarin sama. Guru yoga yang pagi hampir sama dengan Mbak Guru Yoga di rumah tapi masih lebih flowy dan less meditation. Itu lah pertama kalinya saya ikut guru yoga yang berbeda. Guru yoga di youtube enggak dihitung ya. Ternyata asyik juga ya nyoba guru yang berbeda-beda.

Di sisi lain, walau sudah dengan guru yang berbeda-beda, masalah saya masih sama. Badan ini tidak fleksibel πŸ˜₯ . Ditambah lagi dengan frekuensi latihan saya yang jarang-jarang. Makin lah badan ini susah dilipat-lipat. Makanya saya enggak mau difoto pas lagi yoga di Bandung itu saking parahnya fleksibilitas badan saya ini… #ehgimana?
Setelah lihat-lihat Path dan instagram dengan topik infexible yoga tanpa jeda, saya baru menemukan pencerahan. Di situ saya menemukan seleb yoga trainers kalau pemanasan bisa sejam sendiri. Daaaaannn…di awal pemanasan, badan mereka sama enggak fleksibelnya seperti badan saya saat fleksibelnya pol. Kemudian saya pun menggeplak kepala sendiri.
“JADI YA NENG KALAU ELO UJUG-UJUG LIPAT-LIPAT BADAN TANPA PEMANASAN SEPERTI YANG ELO SELALU LAKUKAN YA SAMPAI LATIHAN LO KELAR TETEUP AJA BADAN LO KAKU!”

Oh my God, saya kalau latihan di rumah enggak pernah pemanasan… πŸ˜€ πŸ˜€ πŸ˜€

Kang Guru Yoga sore saya di Bandung lah yang akhirnya mampu membuat saya lebih mirip gerakannya dengan para seleb yogis (yeah right). Dengan caranya dia yang lama pemanasan di awal termasuk meditasinya, badan saya jadi lebih lentur. Akhirnya, beberapa asana pun bisa saya selesaikan dengan hampir sempurna.

Jadi, jangan kuatir kalau badannya sekaku saya. Setidaknya kita bisa bikin klub ‘Kaku Yoga United’. Yang terpenting adalah pemanasan yang cukup. Bisa cek di sini caranya: https://www.ekhartyoga.com/articles/a-gentle-yoga-warm-up. Jangan kayak saya yang enggak pakai warm up dan setiap asana durasinya singkat saking kayaknya pengin cepat-cepat. Akhirnya, pose enggak dapat, apalagi meditasinya. Ini macam saya mau sholat Dzuhur tapi pikirannya ke menu buat makan siang. #EHGIMANA?

Jadi, jangan lupa ya meditasi dulu, hening dulu, kosongkan pikiran dulu yang lama…. kemudian pemanasan minimal setengah jam, baru deh mulai beraksi ke pose-pose yang susah. *oke ini sih saya ngomong ke diri sendiri kalau kalian kan sudah paham ini dari awal tooooh?*

Leave a Reply