Disclaimer: saya belum bukan lah seorang yogi (atau yogini). Bukan pula ahli dalam dunia per-yoga-an (lihat kalimat pertama). Tulisan di seri ‘Menjadi Yoga’ ini merupakan pengalaman saya sendiri untuk catatan sendiri.
CEDERA PERTAMA
Ikut Paskibra bisa membuat kita tahu apakah kita punya kelainan bentuk tulang.
Ketika saya kelas 1 SMP (atau #kidszamannow nyebutnya Kelas VII), bersama seluruh anak baru kelas 1, saya ikut seleksi wajib paskibra sekolah. Seleksi kok wajib 🙄 . Seleksinya gampang. Begitu nama dipanggil kakak kelas, saya harus peragakan langkah tegap maju jalan dari ujung kelas yang ini ke ujung kelas yang itu. Begitu saya selesai memeragakan langkah tegap maju jalan hasil didikan sekolah di komplek tentara selama 6 tahun, kakak kelas saya merubungi.
“Eh coba tangan kamu lurus ke depan!”
“Ih iya loh. Siku kamu kok bengkok?”
Saat itu lah setelah 11 tahun hidup baru saya sadar bahwa kedua lengan saya bila posisi lurus ke depan tulang sikunya bengkok seperti penderita kaki huruf X. Hebat kan paskibra?!
Karena saya cuma lulus jadi anggota pasukan paduan suara (itu pun bukan karena suara saya yang pas-pasan), bentuk lengan saya itu saya lupakan karena tidak relevan dengan jalan hidup… Sampai beberapa hari lalu di kelas yoga.
Pagi itu guru yoga saya menginstruksikan kami untuk membuat pose plank yang nama kerennya Chaturanga Dandasana sebelum beralih ke pose berikutnya. Saat lengan saya beralih dari half plank ke full plank yang artinya saya harus memanjangkan lengan, tiba-tiba saya dengar bunyi ‘kluk’ di tangan kanan.
Matek.
Saya membatin…tapi gengsi buat berhenti.
Setelah itu dimulai lah rasa senut sedikit sampai ke senut banyak 😀 .
Mbak guru yoga waktu itu memeriksa lengan saya sebentar terus nyengir, “kasih es batu ya. Nanti juga baik sendiri.”
Latihan yoga belum sebulan udah cedera…. 😥
Di rumah, saya balik ke Yang Mulia Gugel untuk mencari tahu penyebab dan solusinya. Ketemu lah saya dengan istilah ‘tennis elbow pain’ yang biasanya diderita para petenis saking seringnya dan kuatnya mereka melempar lengannya. Sialnya saya, main tennis enggak pernah, bisa main aja enggak, malah kena sakit beginian. Di yoga, cedera seperti ini biasanya karena hyperextended elbow. Jadi saat lengan menahan berat badan, saya menekuk siku (yang memang udah bengkok itu) di posisi yang salah. Ya hasil akhirnya ada bunyi kluk dan nyeri deh 😀 .
Setelah sedikit mengerti sakitnya ada di mana, penyebabnya apa, dan namanya apa, saya tanya teman-teman di FB. Ini saya harus pergi ke dokter mana yaaaaa? Terus pada DM, “dukun patah tulang, Neeeeng!”
Nah, saya ogah ke dukun patah tulang. Dua adik saya pernah sama-sama kecelakaan dan patah tulang. Yang satu dibawa ke dokter dan satu lagi maksa ke dukun patah tulang ngetop sejagat. Hasilnya beberapa tahun kemudian? Saya tidak akan mauuuuuuuuuu dibawa ke dukun patah tulang!
Kemudian dari komen di FB ada titik terang. Teman-teman menyarankan ke dokter rehab medis, ke dokter orthopedi, ke dokter olah raga, dan meliburkan dulu aja lengannya. Mau saya sih diliburin ke Raja Ampat tapi kerjaan saya gimana dong? *dikeplak* Jadi saya liburin lah lengan kanan saya dari angkat-angkat galon air dan badan saya dari latihan yoga di rumah 😛 .
Hikmah dari cederanya saya ini lumayan mencerahkan. Ya iya lah yang namanya hikmah ya harus mencerahkan! 🙄
- Berlatih gerakan yoga itu kitanya harus ‘hadir’ di tiap pose dan pergantian pose. Jadi enggak asal nengok kanan, angkat kaki, lempar lengan ke belakang, atau berdiri di atas kepala. Kita harus membaca tiap gerakan otot kita sendiri.
- Saat masih pemula, berlatih yoga butuh guru. Kita bisa lanjut latihan di rumah pakai video tutorial berjibun di Youtube, tapi tanpa guru enggak ada yang memberi input langsung atas posisi anggota tubuh kita. Hasilnya? Bisa cedera parah. Saya barusan baca di kompasiana ada yang cedera parah karena latihan sendiri dari youtube.
- Yoga itu tidak ada pose ‘sempurna’ karena setiap orang punya struktur tulang berbeda. Jadi, kalau sampai beberapa bulan masih belum bisa nungging sempurna demi jari tangan mencapai jari kaki alias pose Uttanasana, kita bisa pakai alat bantu. Jangan lah iri dengan peserta yoga di baris depan yang bukan cuma jari tangannya menyentuh jari kaki tapi hidungnya pun bisa nangkring di jempol kaki!
- Bila terlanjur cedera -ototnya meleset sedikit seperti saya- dikompres pakai es
bukan koyo panas. Dengan bodohnya bengkak di bawah siku itu saya kasih campuran parem kocok, koyo, balsam, koyo panas 24jam. Sembuh enggak, iritasi iya kulitnya 🙄 . Jadi langkah-langkah penanggulangannya sebelum meliburkan lengan ke resor eksotis adalah kompres es, kemudian diamkan. Udah. Gitu ajah. ENGGAK BOLEH DIURUT. Kebiasaan kita kan begitu keseleo langsung diurut padahal INI SALAH. Diurut saat bengkak hanya akan membuat bengkaknya makin parah karena meradang. Jadi ya harus dikompres es terus libur jadi kuli angkat barang dulu. - Foto atau videokan latihan yoga kita supaya kita bisa lihat posisi anggota badan saat bergerak. Memang awalnya mual pas lihat pose kita sebagai pemula
apalagi lihat lemak di mana-manatapi foto dan video bisa jadi alat pembanding. Semacam ‘ekspetasi’ dan ‘kenyataan’ gitu 😀 .
Lalu, kapokkah saya yoga lagi? Enggak. Karena hyperextended elbow ada solusinya, saya harus benar-benar memperhatikan posisi anggota badan saya tiap pose. Enggak asal nungging.
Terus, gimana lengan saya sekarang?
Sebenarnya sakitnya sudah tinggal sedikit, tapi karena tadi spontan dipakai memukul nyamuk, sekarang rasanya… 😥