Astagaaaa….saya pernah lucu.
Kalimat kekagetan itu selalu yang terlintas di kepala saya setiap kali saya selesai membaca ulang isi blog-blog saya. Entah bagaimana kejadiannya, sekarang ini saya merasa diri saya terlalu serius. Cek aja postingan saya belakangan.
Mungkin karena saya semakin matang.
Atau mungkin karena saya semakin bijak. Apa ada bedanya matang dengan bijak?
Mungkin karena beban hidup semakin berat dengan bertambah tuanya dunia. Tadi saya cek di supermarket, harga beras 5kg sudah naik dari Rp.80an ribu menjadi Rp. 110an ribu.
Bisa jadi karena waktu saya untuk haha hihi semakin singkat. Lihat saja jidat saya yang kerutannya bertambah seiring dengan banyaknya meeting yang saya lewati hidup-hidup.
Atau bisa juga karena saya selalu menolak reuni? Mungkin kalau saya sampai datang reuni, teman-teman saya akan mandi bunga 7 rupa.
Apa mungkin karena bertambahnya umur? Yang ini jelas gak mungkin.
Bukan sekali dua kali saya ingin bisa lucu lagi saat ngeblog. Saya ingin bisa bebas nulis yang gak penting. Saya ingin bisa membuat kalian tertawa, walau itu menertawakan saya yang full nonsense. Saya ingin bisa enteng aja komentar ini itu tanpa takut UU ITE menghukum saya dengan seruan serupa petir, “komentar Anda kurang pintar!”
Tapi, kematangan karakter, beban hidup, jumlah kerutan di jidat, dan kurangnya reuni membuat saya terlalu…serius. Sebentar-sebentar yang saya pikirkan adalah faedah.
‘Tulisan lo berfaedah untuk orang lain gak, cyn?’
‘Komentar lo ada manfaatnya gak, cuy?’
‘Itu pikiran lo, ada bagus-bagusnya gak, neng?’
How I miss my silly old self.
Berpikir soal faedah malah membuat saya terlalu mengganggap diri saya dengan serius. Emang siapa gue?
Hari terakhir di tahun 2015 dan saya ingin menyelesaikan segala hal yang serius-serius di diri saya karena…life is much better enjoyed when I don’t take myself so seriously.