Di Pekarangan Gunung Slamet

20130525-233247.jpg Hari ini hari terakhir saya di Purwokerto. Kota yang baru kali ini saya kunjungi. And I loved the city from the first time I got off the train. Bersih, teratur, adem, sepi, sepi, sepi. Saya langsung betah.

Setelah menghabiskan waktu sesorean dengan kriyep-kriyep sendirian di kasur hotel, malam pertama itu saya putuskan untuk jalan kaki kelayapan sendirian. Jam 7 malam setelah mandi cantik saya keluar. Niat cari makan dan cari minimarket. Minimarket saya temukan kira-kira setelah 1 km berjalan. Udara malam itu enak jadi jalan pun nyaman. Trotoarnya nyaman dan bersih. Jalanannya yang lebar sepi. Dengan happy saya menyusuri jalanan raya sembari tebar senyum ramah pada beberapa bapak, bapak-bapak, bapak lagi, bapak-bapak lagi yang sedang nongkrong di pinggir jalan. Pulang dari minimarket, saya mampir restoran bebek. Keanehan baru saya rasakan. Ke mana saya pergi saya merasakan pandangan ingin tahu orang-orang yang saya temui.

Selesai makan, saya balik jalan 1km lagi. Kali ini sambil kekenyangan dan siul-siul kecil. Saya pura-pura tidak lihat orang-orang, ehm, laki-laki yang kepalanya sampai menoleh mengikuti saya berjalan. Mungkin malam itu saya kece banget 🙂 Begitu sampai di gerbang hotel, seorang satpam menyapa ramah. “Mbak, dari mana? Jalan? Owalah Mbak. Kalau mau ke luar beri tahu kami saja. Nanti kami antar.”
Besoknya saya barulah diberi tahu trainees saya kalau di kota ini tidak biasa perempuan kelayapan JALAN KAKI sendirian MALAM-MALAM. LOL. Rupanya bukan karena saya kece.

Makan malam itu adalah makan pertama dari makan-makan saya berikutnya yang berisi entah ayam goreng cabe ijo atau bebek goreng cabe ijo. Tiap siang dan malam saya disodori entah ayam atau bebek. Jadi, setiap kotak makan saya datang saya akan tersenyum manis sambil mikir, “ayam atau bebek hayooo?” Sekali lagi saya mendapat konfirmasi dari supir kantor yang saya datangi bahwa kota ini ramai dengan resto ayam dan bebek. Saya akan puasa ber-ayam bebek di Jakarta selama sebulan. No. Setahun.

20130525-233407.jpg
Akibat bosan dengan ayam dan bebek sekali lagi pada satu malam saya kelayapan ke ujung berbeda kota ini untuk mencari menu sesederhana mie bakso. Jalan kaki. Saya lalu menemukan resto kecil berjudul Hero yang di menunya menyajikan nasi goreng, mie, jus, dan semacamnya. Dengan gembira saya masuk ke resto kecil itu. Perasaan bahagia saya ternyata tak bersambut gayung. Si ibu pemilik resto malah menatap saya heran dari ujung kaki sampai ujung kepala.
“Pesan mie rebus ya, Bu.”
“Pedas?”
“Enggak.”
“Sama sekali?”
“Iya.”
“Ndak pakai satu dua cabe?”
“Ndak, Bu.”
“Sama sekali ndak terasa pedas sedikit?”
“Mmmm.”
“Satu cabe saja?”
“Sebenernyaaa…”
“Dua juga belum pedas kok.”
Ah ya sudah lah!

Lalu saya pesan minum.
“Ada jus apa, Bu?”
“Maunya apa?”
“Alpukat?”
“Lagi ndak musim.”
“Mangga?”
“Kosong, mbak.”
“Adanya apa?”
“Mbaknya mau apa?”
Ohmaigad. “Jeruk?”
“Es jeruk?”
“Bukan. Jus.”
Si ibu bengong.
“Jus jambu?”
“Oh ada. Sebentar ya.”
Dua puluh menit kemudian.
“Ini jus jambunya, mbak. Habiskan ya.”
“He?”
“Sayang kan saya sudah buat jus kalau tidak dihabiskan.”
*saya ketawa ngakak sambil ngumpet-ngumpet*

This trip is really nice 🙂
20130525-233643.jpg
Kemarin, malam terakhir saya kelayapan sendirian di jalanan Purwokerto setelah berhasil menghindari tatapan cemas para satpam hotel. Purwokerto jam 8 malam Jumat masih sama sepinya dan ini tidak ada hubungannya dengan malam Jumat. Kali ini saya berhasil menemukan tukang burger untuk makan malam. Maksud saya burgernya, bukan tukangnya. Di tengah jalan kaki saya, saya melewati beberapa laki-laki entah pemilik kios rokok atau tukang becak. Seandainya saya di Jakarta, saya akan lewat seperti angin. Tanpa sepatah kata pun. Di kota ini saya melambatkan jalan dan tersenyum ramah.
“Permisi, Bapak.”
“Monggooo, Mbak. Jalan hati-hati, mbak’e.”

Dan saya tersenyum bahagia setiap kali mendengar salam ramah dan senyum tulus penduduk kota kecil ini.
20130525-233813.jpg
I will be back. Please don’t change.

Posted with WordPress for BlackBerry.

601 thoughts on “Di Pekarangan Gunung Slamet

  1. One of the main problems that is relevant to the gambling industry is fraud. In particular, money laundering. Unscrupulous users often try to implement their schemes using casino and betting sites, so the industry has adopted a number of rules and regulations to discourage illegal activities. A number of such rules are in place on Babu88. On the Babu88 making a bet internet site, there are a few rules that practice registration. before making an account, bear the subsequent in mind: A user-facing account blocking can challenge this decision by writing to the Babu88 support team. Keep in mind that you should verify your account before you can withdraw funds from the account. According to our research and estimates, BABU88 Casino is a medium-sized online casino revenue-wise. The revenue of a casino is an important factor, as bigger casinos shouldn’t have any issues paying out big wins, while smaller casinos could potentially struggle if you manage to win really big.
    https://astro-wiki.win/index.php?title=Mobile_all_sports_bc_game
    Soccervista is one of the most trusted soccer prediction platforms. Predictions from Soccervista have consistently proven to be accurate. Hence, many football enthusiasts prefer soccervista predictions when placing their bets. We provide soccervista tips on this website for free. However, we also offer premium soccervista predictions to our subscribers. These predictions are more accurate and help you stand a higher chance of winning your bets. Subscribe to the NewSocccervista VIP to get premium tips daily. Scotland – League Two Disclaimer: Soccervital is strictly an information-based website. We do not offer gambling services, nor do we provide any opportunities to win real money or prizes. Our aim is to provide accurate and valuable information to soccer and statistics and therefore it is a publisher of information and does not accept any form of gambling, betting or wagering.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *