Minggu-minggu yang menguras tenaga dan emosi. Dimulai dari pengasuh baby Aiko yang pulang kampung lalu tidak balik hingga urusan proyek-proyek yang terbengkalai karena tenaga yang terkuras, hari ini adalah puncaknya: Si Papap sakit.
Saking capek dan kurang tidur, pagi tadi justru Hikari yang membangunkan saya. “Ma! Mama,” panggil Hikari menggoyang-goyangkan badan saya sementara ia masih dengan piyama dan gulingnya. “Ma! Sekolah!”
Jam di dinding sudah jam 7. Dia masuk jam 07:30. Saya terduduk kaget. Tambah kaget lagi ketika melihat si Papap masih tidur di sebelah. Biasanya jam segini Papap sudah setengah jalan ke kantor. Saya pegang badan Papap dan segera menghela napas panjang. Papap demam! Sekarang siapa yang harus mengantar Hikari sekolah sementara harus ada yang menunggui baby Aiko yang masih tidur? Lalu Papap yang demam bagaimana?
Saya percaya saat Tuhan menciptakan keajaiban, salah satunya adalah dengan menciptakan otak Ibu. Entah bagaimana saya bisa mengurus Hikari sekolah, memegang baby Aiko, dan mengurus si Papap yang sakit.
Bala bantuan datang di sore hari saat si Mami datang untuk menunggui anak-anak. Segera saya bawa si Papap ke UGD. Maagnya sudah akut, kata dokter. Bapak terlalu keras bekerja, kata dokter lagi. Tanpa sadar saya mengelus perut saya sendiri…
Sambil menunggui Papap di UGD, saya cari waktu telpon ke rumah. Memberi instruksi ini itu termasuk mengingatkan Hikari untuk mematikan TV dan mengerjakan latihan Matematikanya. Tiga setengah jam kemudian saya kembali ke rumah dengan rasa capek luar biasa. Tapi tempat tidur harus menunggu karena 2 anak kelebihan energi ini… masih kelebihan energi.
Lima menit sebelum Hikari tidur saya menanyakan latihan Matematikanya. Hikari memperlihatkan hasil yang hanya menjawab 15 dari 50 soal. Saya marah besar karena dia ternyata menonton TV saat harus mengerjakan tugasnya. Hikari pergi tidur dengan sisa ceramah dari saya. Dia tidak minta cium saya sebelum tidur tadi.
Setengah jam setelah saya bisa membaringkan badan lelah ini, saya menatap wajah Hikari yang tertidur pulas. Saya menyesal luar biasa. Menyesal karena suara terakhir yang dia dengar sebelum dia tertidur adalah suara marah ibunya. Wish I could wake him up and say sorry and I love him. Penyesalan selalu datang terlambat. I wish morning would come fast so I could tell him I love him no matter what.
Posted with WordPress for BlackBerry.