Bacalah Imelmu Tiga Kali Sehari

Semua orang punya email. Kecuali kalau anda usianya sudah di atas 60 dan/atau tinggal di daerah yang ngirim pesan bisa pakai merpati pos, mungkin anda tidak perlu email hari gini. Tapi kalau anda -let’s say- karyawan di Jakarta yang tiap hari nongol di fesbuk, eksis dengan statusnya, dan memegang telpon pintar, anda pasti punya email. Apalagi kalau pekerjaan anda membutuhkan putaran informasi yang cepat yang tidak bisa dibereskan dengan tukang pos atau malah merpati pos. Jadi, seperti yang saya bilang tadi, semua orang dengan kategori karyawan, usia 30-40an, punya akun fesbuk, pegang telpon pintar, pasti punya email.

Pertanyaannya kemudian adalah dipakai buat apa email itu? Pajangan?

Seminggu yang lalu saya mendapatkan beberapa email penting dari mantan klien. Mantan, karena sekarang saya tidak mengurusi bagian/pekerjaan/klien itu lagi. Saking pentingnya, email-email itu bertuliskan Urgent. Email-email itu dikirim ke akun lama saya yang sudah tidak aktif lagi karena saya pindah bagian. Jadi, begitu si email-email itu datang, si pengirim email akan mendapat notifikasi: Maap, ye, ane udah pindah. Kalo emang penting, telpon si ntu aja yeeee. Makasih Neeek.
Begitu.
Beres?
Enggak.

Si pengirim email mengirim email lagi ke akun saya. Isinya: Neeek, gue kagak kenal sama si entu. Tulungin napah sambungin ke die?

Karena saya baik hati dan atas dasar kemanusiaan serta berlandaskan sambungan internet yang lancar di kantor, saya pun meneruskan email-email itu ke -bukan hanya satu!- tiga orang lain yang menurut saya berkepentingan dengan klien-klien itu.

Beres?
Kagak dong.
Seminggu lewat saya enggak dapat kabar apapun dari tiga orang ini. No nothing.
Walau penasaran, saya tidak sempat mencari tahu apakah email saya sudah diterima dengan selamat.
Tadi, setelah seminggu lewat, baru lah saya bertemu dengan ketiga orang ini.
“Saya kirim email seminggu lalu. Kok enggak ada tanggapannya?”
“Oh kirim email? Kok enggak sms kalau sudah kirim email?”
“………”
Adegan dengan dua orang lainnya pun berlangsung serupa. Reaksi saya pun juga serupa.
“Itu alamat email yang dibagi-bagiin ke orang lain fungsinya buat apa kalau bukan buat diimel?!”
“Hehehe… Saya jarang buka email. Jadi mendingan sms dulu kalau mau kirim email.”

Yang kayak gini cuma ada di negara ini kah?

Leave a Reply