Tentang Galau…

Seringkali saya merasa terlalu tua untuk merasa galau. Bukan kah galau itu milik anak belasan tahun berkostum Cherrybelle dan Sm*sh? Tapi ternyata galau itu memang gak pandang bulu, eh, umur. Saya yang sudah dewasa ini pun bisa terserang galau.

Galaunya orang dewasa dengan galaunya ABG tentu berbeda. Saya iri dengan galaunya ABG. Mereka galau karena hal-hal yang romantis: pacar gak jadi datang, pacar telat datang melulu, pacar diambil orang, atau yang paling dahsyat yaitu malam minggu gak punya pacar. See! Walau galau, mereka tetap romantis. Macam sinetron-sinetron Korea gitu lah. Ditinggal pacar pun terasa romantis.

Galaunya orang dewasa terlalu ribet dan jauh dari hal-hal yang romantis. Gak punya duit, misalnya. Kalau ABG kan memang fitrahnya gak punya duit. Kalau orang dewasa gak punya duit itu ujungnya panjang: besok makan apaaaaaaaaaaa?

Galau orang dewasa yang lain misalnya punya bos kurang pintar yang sok pintar yang susah diajak kerjasama. Sudah capek di kantor, pulang kantor harus melalui jalanan sejauh puluhan kilometer yang maceeeeeeeeeet dari kilometer pertama sampai kilometer di depan rumah! Eh, begitu sampai rumah, belum napas, ada krucil-krucil yang teriak, “Emaaaaaak (atau Babeeeeee, pilih sendiri), aku mau ini itu ini itu bla bla bla bla bla blaaaaa…” Belum sempat mengeluarkan suara, ada suara tangisan bayi, “Mammmmaaaaaaaaaaaaaaaaaa (atau Papppaaaaaaaaaaaaa, pilih sendiri). Sudah sampai disitu? Jelas tidak! Perut keroncongan dan badan babak belur si orang dewasa ini ternyata masih harus mendapat cobaan lain. Si pembantu tiba-tiba minta menghadap lalu bilang, “Bu (atau Pak, pilih sendiri), besok saya mau pulang kampung ya. Gak bisa ditawar. Gak bisa gak boleh. Okkee?”

Galau galau galau galau…

Lalu bagaimana caranya mengatasi galau ini? Kalau ABG gampang sekali. Cari pacar baru. Kalau belum punya pacar, cari pacar. Kalau calon pacarnya sedang dipacari orang, cari pacar orang. Gampang! Dan teteup masih terasa romantis.

Bagaimana caranya mengatasi galaunya orang dewasa? Kata teman saya, “cari me-time.” Terus kata dia lagi, “cari waktu pacaran sama pasangan.” Masalahnya, dan ini jelas menambah galau, kalau pasangannya mau, kalau enggak? Secara pasangan setelah menikah jadi punya hak untuk bilang gak mau keluar rumah, solusi cari waktu pacaran dengan pasangan agak butuh strategi rumit supaya tidak bubar jalan.

“Aa, kita pergi yuk berdua.”
“Ngapain?”
“Yaaah, menyusuri jalan kenangan sewaktu kita pacaran dulu.”
“Inget umur, Miiih, inget umuuuuur. Emangnya kita masih abege?”
“Eeeeh, Aa, waktu abege kan aku belum pacaran. Aa udah pacaran?! Pacaran sama siapa hayoooh?!”
Kan!

“Bang, jalan-jalan yuk. Berdua aja.”
“Jalan-jalan? Kemana?”
“Yaaah, dinner berdua. Atau nonton.”
“Ngabis-ngabisin duit aja! Mendingan duitnya buat beli susu si kunyil!”
Nnggg…

“Papih, lagi santai kan? Anak-anak lagi sama si mbak tuh.”
“Oh ya? Bagus deh. Aku bisa tidur siang kalau begitu.”
Pletak!

“Nyet, kita jalan berdua yuk!”
*gak digubris*

Ada yang punya solusi untuk galaunya orang dewasa tanpa harus kehilangan harga diri?

Leave a Reply