Cat Rambut

Dulu-dulunya saya gak pernah kepikiran untuk mengecat rambut. Alasannya simple: kulit item saya agak kurang compatible dengan warna pirang. Kasian nanti anak-anak yang doyan maen layangan disamain sama saya. Tapi pada suatu hari saya terpesona melihat rambut marunnya temen saya. Ketika diterpa sinar matahari, dia jadi kelihatan cakep. Padahal biasanya tanpa cat rambut itu kalau diterpa matahari dia kelihatan keringetan. Alhasil pada suatu sore yang galau *ehem* alih-alih pulang ke rumah, saya malah membelokkan mobil ke mall. Kok mall? Ya kan salonnya ada di dalam mall.

Dasar pengecut, begitu duduk di kursi pesakitan salon, saya mulai meriang ketakutan. Mau mundur gak jadi ngecat, kok malu. Mau jalan terus, perut mules. Akhirnya saya memutuskan untuk di-highlight saja rambut hitam saya. Bukan dicat semua.
Dasar sial, si hairstylist dengan manisnya bilang, “Gak bisa, cyin. Kalau rambut virgin gini kudu diwarnai semua dulu. Baru bisa di-highlight. Percuma, cyiiiin.”
Entah dia bohong atau enggak, saya yang sudah kepalang duduk akhirnya hanya bisa pasrah.

Dua jam kemudian, rambut saya berubah menjadi berwarna mahogani. Mirip-mirip lah sedikit seperti warna furniture. Tapi secara keseluruhan, I felt good. Saya pun senang senang senaaaaang. Saking senangnya, komentar orang-orang bahwa kulit item saya jauh lebih compatible dengan warna rambut hitam tidak saya hiraukan. Biasa. Kalau ada orang cakep dikit, banyak yang sirik. Apalagi kalo cakep banyak.

Nah, itu kejadian 2 tahunan lalu. Rambut saya sekarang sudah balik lagi menjadi hitam. Saya pun kepengen ngecat rambut lagi. Maka, saya membuat polling di kantor: warna apa yang bagus buat cat rambut saya?
Dengan heboh saya gerakkan masyarakat kantor untuk berpartisipasi menentukan warna rambut cewek kesayangan mereka ini *kesambit sendal*. Dan setelah polling dilakukan, atas pertanyaan ‘warna rambut apa yang paling cocok dengan saya’ jawabannya adalah… HITAM.

Leave a Reply