New Year’s Resolution. Or not.

Wijaya Kusuma

Jamannya saya dan teman-teman masih rajin ngeblog, saya juga rajin bikin resolusi tahun baru. Dari resolusi ecek-ecek macam ‘pengen bisa masak’ sampai resolusi kelas langit ‘pengen sehat terus’. Sayangnya resolusi saya seringkali cuma kejadian di blog, gak di kehidupan nyata =)

Sekarang ini bikin resolusi tahun baru masih nge-tren. Tapi bukan lagi di blog melainkan di social media lain seperti twitter, facebook, facebook, facebook, dan google+. Saya gak bikin resolusi tahun baru di twitter karena kalau saya benar-benar niat mau beresolusi tahun baru-an 140 sih gak cukup. Saya juga gak bikin resolusi di facebook. Alasannya sangat masuk akal: bisa dihina abis oleh orang satu kantor apabila saya gagal memenuhi resolusi saya. Padahal, resolusi saya kan banyak gagalnya. Di google+? Apalagi! Wong saya buka google+ kalau inget doang.

Jadi, saya balik lagi ngeblog tentang resolusi tahun baru sebagai seorang #bloggerteladan 🙂

Oke, sekarang saya harus tulis resolusi saya. Sebelumnya saya wanti-wanti dulu ya. Resolusi saya gak akan bombastis ataupun life-inspiring ataupun monumentally-englightening seperti para #bloggerteladan lain. Resolusi saya santai kok:

  • Pengen bisa berangkat ke kantor lebih pagi supaya bisa masuk lebih pagi. Belum tentu on time sih, tapi yaaaa sekitar 30 menit lebih pagi dari jam 10-11 lah.
  • Pengen bisa rutin pergi ke gym. Yang tadinya cuma kalau gak malas, ya sekarang seminggu sekali.
  • Pengen bisa mengurangi minum teh botol. Dari  4-5 botol sehari menjadi 4 botol.
  • Pengen bisa menyelesaikan draft novel di bulan Januari. Eh, ya Februari deh. Yaaaa sial-sial Maret deh.
  • Pengen bisa berhitung dengan lebih cepat. Yang tadinya butuh 15 menit untuk penambahan, jadi sepuluh menit saja.
  • Pengen bisa ngeblog sehari sekali.

Dan seterusnya dan seterusnya…. sampai saya menyadari sesuatu… Ini resolusi kok sama dengan resolusi tahun lalu?!

Leave a Reply