Sesuatu Banget

Hadiah dan Papap.

Setiap kali saya mendengar Papap berkata dia punya sesuatu untuk saya, perut saya malah mules. Papap punya definisi yang berbeda atas barang-barang yang bisa dijadikan hadiah. Seringkali, bukan rasa bahagia luar biasa yang saya rasakan saat menerima hadiahnya, malah rasa sakit perut luar biasa akibat pengen ketawa ngakak yang ditahan-tahan. Biar gimana juga, ketawa ngakak setelah menerima hadiah masih dianggap gak sopan 🙂

Suatu hari di jaman saya masih muda kinyis-kinyis, saya mendapat tugas baru: menjadi mentor untuk guru-guru. Karena tugas ini saya harus masuk ke kelas guru lain, duduk manis memperhatikan dia mengajar tanpa boleh tertidur saat saya harus mencatat ini itu untuk bahan diskusi setelahnya. Masalahnya, kecepatan tangan saya mencatat sering kali kalah jauh dengan kecepatan guru berbcara. Akibatnya, seringkali saya ketinggalan omongan guru yang bisa saya kutip. Jadi pada hari-hari itu saya rajin berkeluh kesah ke si Papap mengenai tangan kanan saya yang mulai terkena penyakit encok.
“Pap, pijetin tangan kananku dong.”
“Kenapa emangnya?”
“Encok kebanyakan nulis.”
“Tangan kan gak bisa encok.”
Segitu biasanya respon Papap atas keluh kesah saya.

Kira-kira beberapa miggu yang panjang setelah saya mengeluh soal tangan yang encok, saya pun berulang tahun. Dengan gembira, Papap memberikan sebuah kotak terbungkus kertas kado untuk saya. Wuiih! Saya senang terkaget-kaget luar biasa. Setengahnya karena Papap ingat ulang tahun saya, setengahnya lagi karena Papap ngasih kado! Tanpa menunggu, saya robek itu kertas kado. Lalu, di bawah kertas kado ada kertas pembungkus putih lainnya. Saya robek lagi. Setelah dirobek, terlihat kotak kecil dengan gambar alat elektronik di luarnya. Saya membatin, benda apa yang bisa masuk ke kotak seperti ini ya? Diamond sebesar kepalan tangan saya? Kunci mobil BMW baru yang mungkin beserta gantungan kunci boneka sebesar kepalan tangan? Kunci rumah yang ditaruh di dalam mug? Apa ya? Apa?

Sekarang, kotak dengan gambar alat elektronik itu sudah terbebas dari bungkus kadonya. Ada selotip melilit penutupnya. Wajah Papap tambah berseri-seri. Saya tak sabar segera menyopot selotipnya dengan sekali tebas! Ciaaaaaaaat…. Kotak itu terbuka. Saya melongok ke dalamnya….
Benda yang berada di dalam kotak itu sama persis dengan benda yang tergambar di cover kotak tersebut. Papap menghadiahi saya recorder kecil yang ada microphone-nya di luar yang berfungsi untuk merekam suara….
“Selamat ulang tahuuuuuuuuuuuun,” kata Papap dengan sumringah.
*nnggggg…. oke deeeh*

Naaah, tanggal 14 Oktober kemarin adalah hari pernikahan kami yang ke-10. Ke SEPULUH! Kalau mau diurut kebelakang, bulan Oktober tahun ini, tepatnya di tanggal 3, adalah hari kebersamaan kami yang ke-20. DUAPULUH, BOOOO! Sayangnya, si Papap pada hari H sedang berada di luar negeri. Maka mulailah saya menghitung bunyi cicak: Dia ingat. Gak ingat. Ingat. Gak ingat. Ingat. Gak ingat…. krrkkk krrrkkk…. kkrrrkkk…
Tanggal 14 pagi berlalu begitu saja. Hape saya sepi sms, apalagi telpon. Siang pun menjelang. Hape tetap sepi tak bergairah. Tiba-tiba ada notifikasi fesbuk masuk ke hape saya. Saya buka. Owalaaaahhh, dengan terharu saya lihat si Papap menulis selamat ulang tahun pernikahan di fesbuk. Di FESBUK! Jaraaaaaaang banget si Papap mau mengumbar perasaan di fesbuk. Saya pun membalas statusnya dengan ucapan syukur karena tumben dia gak lupa. Lalu ada sms masuk ke hape saya.
‘Mam, happy anniversary yaaaa! Aku punya sesuatu buat kamu.’
*hening*
‘Apa tuh?’
‘Ada deh.’
‘iPad ya?’ (saya ingat sebelum pergi Papap sounding-sounding mau beli iPad.
‘Ada deh.’
‘Apaan dong?’
‘Ada deh.’
*hening lagi*

Kemarin larut malam Papap pulang. Saking telernya, dia sampai tidak sanggup membongkar koper. Okelah, pikir saya. Masih ada besok hari, cyiiin. Senin pagi Papap memutuskan untuk cuti. Sebelum saya pergi ke kantor, dia memulai kesibukan membongkar koper. Nggg… Pap, jadi sesuatu buat gue mannaaa? Tapi karena saya gengsian, itu pertanyaan cuma berkeliaran di kepala doang. Beberapa menit sebelum berangkat, saya pamit. Dasar si Papap, baru lah dia berseru-seru mengajak saya membongkar koper.
“Mam, ini aku beli sesuatu buat kamu.”
“Apa?” jawab saya sok kalem padahal setengah dongkol.
Papap mengeluarkan sebungkus kecil -KECIL- kotak berbalut kertas berhuruf Cina. Owkeeeey, saya mulai curiga.
“Buat kamu, Maaam,” kata Papap dengan seringai lebar dan binar-binar di matanya.
Ragu-ragu saya ambil kotak itu dari tangannya. Kertas pembungkusnya ternyata gampang di buka. Di tangan saya ada kotak kecil berwarna merah dengan huruf-huruf Cina bertinta emas. Deg-deg-plas saya buka kotak itu. Dan ternyata isinya……………………….

Jimat kecil berbentuk bandul bergambar shio kelinci -shio saya- dengan tali merah panjang.

“Bandulnya bisa muter-muter, Maaaam,” kata Papap bangga.
Seenggaknya dia ingat dengan benar shio saya.

Ilustrasi: internet

356 thoughts on “Sesuatu Banget

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *