Seorang teman saya di twitter menulis begini: “Ini orang2 pada ngutuk yg nyuap hakim, jaksa n polisi… coba ntar itu orang pada kena kasus… sama aja bakal nyuap aparat jg.”
Sedih dengarnya? Iya. Tapi ada fakta disitu.
Berapa kali kita -orang dewasa- teriak-teriak anti korupsi, ganyang koruptor, tolak pejabat koruptor, tapi begitu kita harus berhadapan dengan situasi dimana keberanian kita diuji, kita menjadi terbata-bata?
Tunggu. Apa ini artinya saya memaklumi korupsi?
Sudah dengar dong kasus Ibu Siami dari Surabaya yang mengadukan kasus contek masal saat UN di sekolah dasar tempat anaknya menuntut ilmu? Pasti juga sudah lihat beritanya di tivi yang menayangkan warga disana yang kebanyakan adalah para orang tua berteriak-teriak menghujat kejujuran Ibu Siami? Sekarang, menurut anda, kalau kita tanya kepada orang-orang yang sama yang menghujat Ibu Siami itu mengenai pendapat mereka soal korupsi, apa sikap mereka?
“Seratus persen menolak, Bung!”
“Korupsi itu merugikan rakyat, Mas!”
“Ya gak setuju lah dengan korupsi, Mbak.”
“Koruptor harus digantung, Bu. Uangnya dibagi-bagi ke rakyat kecil.”
Tapi ketika pertanyaan berganti menjadi:
“Seluruh siswa di kelas anak Ibu/Bapak terbukti menyontek di UN. Sudah tahu? Menurut Ibu/Bapak bagaimana?”
Respon berganti menjadi:
“Oh? Gitu? Yaaaa… mungkin… tidak sengaja. Demi kebaikan, gitu… Habis gimana ya? Itu kan nasib anak-anak ya… ”
Waktunya untuk berkaca bagi orang tua. Di luar sana, di twitter, di facebook, di kantor, di jalan, di kantin, di blog(!), KITA menyumpahi para koruptor, pejabat busuk, bos carmuk, orang-orang yang dengan moral rendah, dan berkoar-koar diri kita lebih baik. Lalu begitu kita pulang ke rumah, telinga kita mendengar kisah kecurangan yang melibatkan anak kita di sekolah. Apakah kita akan sama gagah beraninya dengan Ibu Siami melawan ketidak jujuran? Atau kita akan memilih untuk diam dan berharap ketidak jujuran itu akan dilupakan oleh waktu?
Ketidak jujuran tidak dipelajari oleh anak-anak di sekolah. Ketidak jujuran itu diresapi oleh anak dari rumah untuk dibawa ke dunia luar. Sekolah hanya sebuah tempat ujian hati nurani. Apa yang anak kita sudah pelajari di rumah? Apa yang anak kita sudah pelajari dari orang tuanya?