Setahun Pandemi

Yup, setahun sudah umur pandemi Covid-19 ini dengan segala dampaknya. Maret ini setahun sudah saya kerja di rumah dengan hanya satu kali (1x!) saja pernah balik menginjakkan kaki di kantor pada suatu hari Minggu untuk mengambil peralatan kerja. Setahun pula anak-anak sekolah dari rumah. Setahun! Will this ever end?

Setahun pandemi ini juga berarti saya kehilangan satu tahun umur saya di pandemi. Benar-benar satu tahun! Setahun lalu karantina pandemi dimulai sesaat setelah saya merayakan ulang tahun bersama keluarga di daerah pegunungan. Pulang dari situ, dunia berubah. Hari ini umur saya berubah satu angka, dan ini pertama kali saya bisa pergi ke luar bersama keluarga, merayakan bertambahnya lilin di kue ulang tahun, di pantai. Isn’t this something, though small, that we should be grateful for? Walaupun jalan-jalan ke pantai harus cari spot terjauh dari pengunjung lain. Walaupun barang yang dibawa ke penginapan menjadi lebih banyak karena ditambah dengan sanitiser, disinfektan, dsb. Walaupun tiap foto lupa kalau mukanya tertutup masker. Walaupun kalau mau makan, hanya bisa take away dan menghindari restoran penuh dan/atau tertutup. Semua walaupun ini dilakukan demi bisa mengecap sedikit kenormalan masa lalu.

Setahun ini setidaknya mengajarkan untuk menyukuri apa yang masih kita punya atau masih kita bisa dan bukan menyesali apa yang tidak kita punya atau tidak bisa kita lakukan.

Hang in there, people.

1,921 thoughts on “Setahun Pandemi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *